
Erdogan Vs Imamoglu Bawa Turki ke Jurang Chaos, Situasi Kian Panas

Daftar Isi
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Turki, Tayyip Erdogan menyebut gelombang protes besar-besaran yang terjadi akibat penahanan Wali Kota Istanbul, Ekrem Imamoglu, sebagai "gerakan kekerasan" dan menegaskan bahwa Partai Oposisi Utama Republik Rakyat (CHP) harus bertanggung jawab atas polisi yang terluka dan kerusakan properti yang terjadi.
Penahanan Imamoglu pada Rabu lalu telah memicu demonstrasi jalanan terbesar di Turki dalam lebih dari satu dekade. Pada Minggu (23/3/2025), pengadilan memutuskan untuk menahan Imamoglu sambil menunggu persidangan atas tuduhan korupsi yang ia bantah.
Partai CHP dan para pendukungnya menilai tuduhan ini bermuatan politis dan tidak demokratis, sesuatu yang dibantah oleh pemerintahan Erdogan.
Meskipun pemerintah telah memberlakukan larangan demonstrasi di berbagai kota, aksi protes anti-pemerintah yang sebagian besar berlangsung damai terus berlanjut hingga malam keenam pada Senin, dengan ratusan ribu orang turun ke jalan.
Ketua CHP, Ozgur Ozel, kembali menyerukan agar aksi demonstrasi nasional terus dilakukan.
Berbicara setelah pertemuan kabinet di Ankara, Erdogan meminta CHP menghentikan "provokasi" terhadap warga.
"Sebagai sebuah bangsa, kami mengikuti dengan terkejut kejadian-kejadian yang muncul setelah seruan pemimpin oposisi utama untuk turun ke jalan, yang berubah menjadi gerakan kekerasan setelah operasi korupsi berbasis di Istanbul," ujar Erdogan, yang kini berusia 71 tahun, dilansir Reuters.
"Oposisi utama bertanggung jawab atas polisi kami yang terluka, jendela-jendela toko yang pecah, serta kerusakan pada properti publik. Mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas semua ini, baik secara politik di parlemen maupun secara hukum di pengadilan," tambahnya.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Ali Yerlikaya menuduh beberapa pengunjuk rasa telah "meneror" jalanan dan mengancam keamanan nasional. Ia mengatakan bahwa dalam lima hari protes, sebanyak 1.133 orang telah ditahan dan 123 polisi mengalami luka-luka.
Delegasi dari CHP telah bertemu dengan gubernur Istanbul untuk membahas tindakan keras kepolisian terhadap para demonstran. Ketua CHP Istanbul, Ozgur Celik, mengatakan intervensi polisi pada Minggu malam adalah yang paling brutal sejauh ini, dengan banyak orang harus dilarikan ke rumah sakit.
Seruan Boikot
Berbicara di depan ratusan ribu orang di kantor pusat Pemerintah Kota Istanbul di Sarachane, Ozel menyerukan boikot terhadap media, merek, dan toko yang ia sebut sebagai pendukung Erdogan. Ia juga kembali menegaskan bahwa semua tuduhan terhadap Imamoglu tidak berdasar dan tidak memiliki bukti.
"Siapapun yang dipenjara secara tidak adil oleh Tayyip Erdogan, lapangan ini akan membelanya, demi demokrasi dan demi Turki," ujar Ozel.
Ia juga menantang Erdogan untuk debat televisi dan meminta agar persidangan Imamoglu disiarkan langsung di stasiun televisi TRT milik negara.
Di tengah pidato Ozel, aksi duduk di Jembatan Galata bersejarah di Istanbul memblokir lalu lintas, sementara demonstrasi juga berlangsung di Ankara dan berbagai kota lainnya. Segera setelah pidato Ozel, polisi menembakkan gas air mata, peluru karet, serta menggunakan meriam air untuk membubarkan pengunjuk rasa di Istanbul dan menangkap beberapa orang.
Di Ankara, demonstran mencoba menghalangi truk-truk polisi yang membawa meriam air dan meminta agar mereka diizinkan berunjuk rasa secara damai.
Penangkapan Imamoglu
Imamoglu, yang berusia 54 tahun, ditahan menjelang pemilihan utama CHP untuk menentukan calon presiden. Dalam pemilihan itu, 15 juta suara diberikan mendukung Imamoglu.
Kabar penahanannya menjadi berita utama di surat kabar oposisi pada Senin, dengan dugaan bahwa dia dipenjara karena menjadi pesaing paling kredibel bagi Erdogan. Para pendukung Imamoglu menyatakan bahwa penahanannya mencerminkan lemahnya sistem peradilan di Turki.
"Saya pikir ada ketidakadilan terhadap Imamoglu. Mereka menahannya tanpa alasan," kata Adem Bali, seorang pekerja konstruksi berusia 22 tahun.
Kelompok hak asasi manusia dan negara-negara Eropa mengecam tindakan ini sebagai kemunduran demokrasi di Turki. Pemerintah Jerman menyebut insiden ini sebagai hambatan bagi keinginan Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa.
Pertemuan Komite Parlemen Bersama Uni Eropa-Turki yang dijadwalkan pada Senin ditunda setelah pihak Uni Eropa menilai "situasi saat ini tidak kondusif" untuk pertemuan tersebut.
Seorang pejabat CHP mengatakan partai itu akan mengajukan banding terhadap keputusan Universitas Istanbul yang membatalkan ijazah Imamoglu-dokumen yang diperlukan untuk pencalonannya sebagai presiden-dan juga akan mengajukan banding atas penahanannya.
Dampak Ekonomi
Erdogan, yang telah menguasai politik Turki selama lebih dari dua dekade, menegaskan bahwa peristiwa ini menunjukkan bahwa CHP tidak layak mengelola pemerintahan lokal, apalagi negara.
Ia juga berusaha meyakinkan para investor setelah aksi jual besar-besaran atas aset Turki menyusul penahanan Imamoglu. Nilai saham, obligasi, dan mata uang lira Turki anjlok, memaksa bank sentral untuk melakukan intervensi guna menstabilkan ekonomi.
"Prioritas utama kami adalah melindungi stabilitas makro-keuangan. Kementerian Keuangan, bank sentral, dan semua lembaga terkait bekerja tanpa henti untuk mengambil langkah yang diperlukan," ujar Erdogan.
Indeks bursa Istanbul mengalami pemulihan ringan pada Senin setelah jatuh 16,6% pekan lalu-penurunan terbesar sejak krisis keuangan global pada Oktober 2008.
Para analis memperkirakan ketidakpastian politik akan terus berlanjut.
"Protes ini merupakan reaksi publik terbesar dalam lebih dari satu dekade, membuat arah peristiwa sulit diprediksi," kata Wolfango Piccoli, co-president dari Teneo consultancy.
"Sekali lagi, agenda politik Presiden Erdogan telah merusak prospek ekonomi Turki."
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wali Kota Istanbul Lawan Politik Utama Erdogan Ditahan Polisi, Kenapa?
