ExxonMobil Ungkap Masa Depan Energi Hidrogen & Nuklir Buat Tekan Emisi

Jakarta, CNBC Indonesia - Director Economics and Energy ExxonMobil Corporation Chris Birdsall mengungkapkan masa depan penggunaan nuklir dan hidrogen sebagai sumber energi rendah emisi. Meski demikian, keduanya membutuhkan investasi yang lebih besar dibandingkan minyak dan gas (migas).
"Misalnya saja nuklir, yang memiliki potensi besar di sektor pembangkit tenaga listrik. Investasi yang dibutuhkan modal yang sangat besar, namun reaktor nuklir dapat bertahan selama beberapa dekade," ujarnya dalam acara CNBC Indonesia Road to Outlook - Energy Edition with ExxonMobil dengan tema "Energy Demand and Supply Outlook Through 2050" di Jakarta, Selasa (18/2/2025).
Sementara hidrogen juga tidak kalah menjanjikan, karena bisa menjadi solusi dalam menekan emisi. Meski demikian, tantangannya harganya lebih mahal dibandingkan energi yang eksis saat ini, yakni minyak dan gas.
"Namun di dunia yang sedang melakukan dekarbonisasi, hal ini (nuklir dan hidrogen) merupakan solusi yang sangat penting, terutama bagi industri manufaktur," kata dia.
"Hidrogen adalah sesuatu yang diinvestasikan oleh ExxonMobil. Namun di dunia yang sedang melakukan dekarbonisasi, hal ini merupakan solusi yang sangat penting, sangat penting bagi industri manufaktur," tambahnya.
Hidrogen bisa menjadi sumber energi alternatif migas yang rendah emisi dan bisa digunakan diberbagai sektor, mulai dari transportasi hingga industri. Bahkan dia menilai, hidrogen akan menjadi bahan bakar rendah karbon yang kompetitif dibandingkan listrik berbasis baterai.
"Saya juga percaya pada bidang transportasi umum, terutama yang berpotensi mengangkut truk-truk besar, dan bahkan amonia ke dalam pelayaran laut," kata dia.
Meski demikian, menurutnya elektrifikasi sangat penting untuk transportasi penumpang seperti mobil. Namun untuk kapal besar dan angkutan truk, penerbangan membutuhkan alternatif setara migas, yakni hidrogen.
"Itulah mengapa menurut saya hidrogen memainkan peran yang sangat penting," tegasnya.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Permintaan Migas Dunia Masih Tinggi Sampai 2050, Ini Data Terbaru
