Tak Ada Investasi Baru, Dunia Bakal Kekurangan Pasokan Migas

Jakarta, CNBC Indonesia - Director of Energy & Economics ExxonMobil, Chris Birdsall memproyeksikan bahwa permintaan minyak dan gas (migas) hingga 2050 masih cukup tinggi. Sekalipun saat ini dunia mulai mengarah pada penggunaan sumber energi bersih.
Ia menyadari, permintaan energi yang berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT) ke depan akan mendominasi. Namun di sisi lain, sektor migas juga masih akan memegang peranan yang cukup penting.
Oleh sebab itu, pertumbuhan investasi di sektor hulu migas harus tetap dijaga. Apabila tidak ada investasi, maka akan berdampak pada penurunan produksi migas secara global.
"Jika dunia menghentikan semua investasi, pasokan yang ada akan turun drastis hingga 15% setiap tahun," ujar Chris dalam acara CNBC Indonesia Energy Outlook 2025, Selasa (18/2/2025).
Ia lantas menegaskan pentingnya kontribusi dari negara-negara seperti Indonesia, kemudian perusahaan migas seperti ExxonMobil. Terutama untuk terus berinvestasi di sektor hulu guna memenuhi kebutuhan energi global.
"Tidak hanya berinvestasi di ladang-ladang yang sudah ada, tetapi juga mencari sumber daya baru di seluruh dunia, karena sangat penting untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat itu," kata dia.
Mengutip data Chris: di tahun 2023 penggunaan minyak dan gas bumi mencapai 56%, sementara batu bara mencapai 24%, nuklir 5%, bioenergy 9% dan non biomassa 6%. Adapun untuk tahun 2050 penggunaan energi terbarukan seperti non biomassa meningkat 30%, bioenergi 17% dan nuklir 10%.
Sementara batu bara mengalami penurunan signifikan menjadi 5%. Adapun minyak dan gas bumi juga turun, namun tercatat datanya masih tinggi atau mencapai 38%.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Permintaan Migas Dunia Masih Tinggi Sampai 2050, Ini Data Terbaru
