Bagaimana ASEAN Naik ke Rantai Nilai yang Lebih Tinggi?

Advertorial, CNBC Indonesia
13 February 2025 00:00
adv_hsbc

Jakarta, CNBC Indonesia - ASEAN diperkirakan akan mengalami pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang kuat selama beberapa tahun mendatang. Hal tersebut akan terjadi karena adanya pergeseran rantai pasokan global dan meningkatnya taraf hidup masyarakat. Selain itu, berbagai bisnis yang ingin memanfaatkan peluang membutuhkan mitra perbankan yang dapat membantu mereka menavigasi lanskap ASEAN yang berkembang pesat ini.

Asia Tenggara telah muncul sebagai pemenang yang jelas dalam penyeimbangan kembali perdagangan global dan rantai pasokan. Perusahaan multinasional dari Asia dan sekitarnya telah lebih mengandalkan kawasan ini sebagai basis produksi utama di berbagai sektor. Hal ini terjadi dalam pergeseran yang meningkat dengan guncangan pandemi Covid-19 di tengah ketidakpastian geopolitik dan situasi perdagangan global yang sedang berlangsung.

Hasilnya, 10 negara anggota ASEAN akan diuntungkan oleh tiga pendorong ekonomi makro:

1. Rantai pasokan yang beragam: Bisnis semakin melirik negara-negara ASEAN untuk diversifikasi rantai pasokan. Salah satunya perusahaan dari dalam kawasan ASEAN, dari Tiongkok dan negara lain di Asia, atau perusahaan multinasional secara lebih luas.

2. Prospek pertumbuhan yang kuat: Menurut data IMF pertumbuhan ekonomi di seluruh Asia Tenggara terus tumbuh dengan stabil dengan PDB diperkirakan naik 4,6% tahun-ke-tahun pada 2024, dibandingkan dengan rata-rata global sebesar 2,4%.

3. Peningkatan manufaktur: Didorong oleh kemajuan teknologi dan dorongan global menuju tujuan pembangunan berkelanjutan, investasi yang mengalir melalui proyek-proyek perluasan di berbagai bidang teknologi seperti elektronik, semikonduktor, dan barang-barang berteknologi tinggi lainnya.

Banyak peluang yang muncul dari penataan ulang rantai pasokan saat ini. Tahap pertumbuhan berikutnya untuk sektor manufaktur Asia Tenggara akan lebih menantang untuk dilalui, tetapi berpotensi lebih menguntungkan karena pasar ASEAN berupaya untuk naik ke rantai nilai.

Meskipun pasokan tenaga kerja yang lebih murah dan berlimpah telah membantu negara-negara berkembang di ASEAN untuk menarik manufaktur, fokus banyak negara dengan cepat beralih ke industri yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Ini termasuk negara-negara yang memperluas jejak manufaktur mereka di sektor-sektor seperti elektronik, semikonduktor, mesin, kendaraan listrik, baterai listrik, dan farmasi.

Adapun tanda-tanda awal yang menggembirakan karena negara-negara berkembang di ASEAN melaporkan total perdagangan barang sebesar USD3,6 triliun pada tahun 2023. Menurut data ASEAN, jumlah ini naik dari level tertinggi sebelum Covid-19 sebesar USD2,8 triliun pada tahun 2019.

Di beberapa negara, kenaikan rantai nilai terjadi dengan cepat karena perdagangan global bergeser: di Vietnam, total ekspor bernilai 93,8% dari PDB pada tahun 2022, naik dari yang tadinya 54,2% di tahun 2010.

Menurut perkiraan Boston Consulting Group, kawasan ASEAN dapat menghasilkan tambahan output manufaktur hingga USD600 miliar per tahun, meningkatkan Foreign Direct Investment (FDI) tahunan di bidang manufaktur hingga USD22 miliar, dan menciptakan hingga 140.000 lapangan kerja baru per tahun.

Industri elektronik dan listrik sejauh ini merupakan penerima FDI terbesar di ASEAN, membantu meningkatkan total investasi hingga mencapai rekor USD224 miliar pada tahun 2022. Perusahaan internasional seperti Samsung dan Apple tidak hanya memperluas produksi di Vietnam, tetapi juga membangun pusat R&D di negara tersebut.

Malaysia, yang pertumbuhan PDB-nya mencapai 8,7% pada tahun 2023 merupakan yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN, telah muncul sebagai target utama pertumbuhan bisnis di bidang semikonduktor. Dalam upaya untuk memanfaatkan tren ini, pemerintah berencana untuk melatih dan meningkatkan keterampilan 60.000 tenaga profesional Malaysia untuk memposisikan negara tersebut sebagai pusat R&D semikonduktor.

Di Thailand, yang telah membangun kekuatan dalam makanan kemasan dan produksi mobil untuk merek-merek global utama, industri farmasi beralih dari produksi obat generik menjadi pengembangan pengobatannya sendiri.

Filipina melakukan dorongan agresif untuk investasi asing, yang dapat menopang kekuatannya dalam alih daya proses bisnis dan manufaktur komponen elektronik dan teknologi. Indonesia sedang dalam perjalanan untuk memanfaatkan cadangan nikelnya yang sangat besar, yang merupakan kunci bagi rantai pasokan kendaraan listrik (EV) global, serta untuk menjadi produsen utama EV dan baterai EV di negaranya sendiri.

Investasi yang cukup besar juga akan dibutuhkan untuk mendorong transisi energi dan memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan di ASEAN, yang secara kolektif memiliki permintaan energi terbesar keempat di dunia, setelah Tiongkok, AS, dan India. Setengah dari perusahaan terbesar di dunia telah membuat komitmen nol bersih, dan juga akan berupaya untuk menghijaukan rantai nilai mereka.

Oleh karena itu, negara-negara Asia Tenggara perlu mengadopsi jalur yang layak untuk transisi sistem energi mereka, agar terus menarik investasi dari perusahaan multinasional dan membangun pangsa mereka dalam perdagangan global.

Perkembangan jumlah penduduk dengan usia produktif turut menyumbangkan daftar keuntungan ekonomi ASEAN. Pada tahun 2030, ketika 70% dari populasi ASEAN yang saat ini mencapai lebih dari 670 juta, diperkirakan telah mencapai tingkat pendapatan kelas menengah, pasar konsumen dapat mencapai USD4 triliun. Permintaan akan berbagai macam produk, mulai dari elektronik hingga mobil, dan layanan seperti pendidikan, perawatan kesehatan, dan rekreasi akan semakin meningkat.

Seiring dengan semakin banyaknya konsumen di kawasan tersebut yang menerima digitalisasi, pangsa konsumsi yang tumbuh cepat akan terjadi dalam ekonomi digitalnya yang dinamis, yang sekarang dipimpin oleh e-commerce, layanan keuangan digital, platform transportasi dan pengiriman makanan, serta perjalanan dan Online media

Menurut laporan dari Temasek dan Google, antara lain, ekonomi digital di enam ekonomi terbesar di kawasan ini Indonesia, Thailand, Singapura, Vietnam, Malaysia, dan Filipina diperkirakan bernilai USD218 miliar dalam nilai barang dagangan kotor pada tahun 2023 dan diperkirakan akan mencapai USD600 miliar pada tahun 2030.

Mengejar peluang pertumbuhan bisnis di lingkungan ini menuntut solusi perbankan cerdas dan pemahaman mendalam tentang pasar lokal di kawasan ini. HSBC TradePay, yang diluncurkan di Indonesia di pertengahan tahun 2024, adalah penawaran pembiayaan perdagangan digital yang menghadirkan pembiayaan tepat waktu ke rantai pasokan ASEAN dengan proses pinjaman yang cepat. Jaringan HSBC di kawasan ASEAN ini telah melayani 2,5 juta klien ritel dengan 30.000 bisnis - dan menguasai lebih dari 93% PDB ASEAN dan perdagangan internasional.

Sementara itu, perluasan bisnis domestik dan internasional di ASEAN dalam mengejar peluang ini diharapkan dapat mendorong permintaan untuk layanan hukum, keuangan, dan konsultasi. Bisnis yang ingin menawarkan layanan ini di ASEAN dapat memanfaatkan tenaga kerja terdidik, literasi digital, dan konektivitas regional yang luas di kawasan ini. Daya tarik tenaga kerja terampil ASEAN cukup besar: hal ini dinilai sebagai fitur kawasan yang paling menarik bagi bisnis internasional dalam survei HSBC 2023.

ASEAN berada di jalur yang tepat untuk menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia pada tahun 2030. Bisnis yang ingin menangkap peluang yang dihasilkan dengan memasuki atau berekspansi di kawasan ini perlu mempertimbangkan berbagai faktor saat menavigasi lingkungan peraturan dan nuansa budaya di 10 negara anggotanya.

Ini termasuk memiliki strategi menyeluruh untuk pertumbuhan bisnis, termasuk pemilihan pasar dan lokalisasi, serta wawasan tentang cara memanfaatkan tambal sulam perjanjian perdagangan dan insentif investasi di kawasan ini.

Dengan lebih dari 135 tahun pengalaman di ASEAN, HSBC dapat mendukung klien melalui jaringannya yang luas di kawasan ini dan di seluruh dunia, memberikan dukungan pada dinamika pasar lokal dan rantai pasokan, sekaligus menghadirkan konektivitas internasional. Dana Pertumbuhan ASEAN senilai USD1 miliar yang baru-baru ini kami luncurkan dirancang untuk bisnis yang berkembang pesat di enam pasar di kawasan ini yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

Peluang yang muncul di ASEAN termasuk yang paling menarik di dunia, tetapi perusahaan yang ingin mendapatkan keuntungan dari peluang tersebut dapat menghadapi tantangan yang berat jika mereka memulai perjalanan ini tanpa persiapan. Memiliki mitra perbankan yang tepat adalah tempat yang baik untuk memulai.


(adv/adv) Next Article Mantap! BJTM Berhasil Jadi BPD Terbesar dalam KUB

Most Popular