Zelensky Tiba-Tiba Tawarkan Upeti Mineral Kritis ke Trump, Kenapa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy bakal menawarkan endapan besar tanah jarang dan mineral penting lainnya kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump supaya memberikan jaminan kemanan kepada negaranya.
Zelenskiy telah memiliki peta Ukraina yang berisi endapan besar tanah jarang dan mineral penting lainnya. Peta yang pernah dirahasiakan itu ia tampilkan saat momen wawancara khusus dengan Reuters.
"Jika kita berbicara tentang kesepakatan, maka mari kita buat kesepakatan," kata Zelenskiy, menekankan kebutuhan Ukraina akan jaminan keamanan dari sekutunya sebagai bagian dari penyelesaian perang dengan Rusia.
Pemerintahan Trump memang telah mendesak agar perang Ukraina dengan Rusia segera berakhir. Meski begitu, pada Senin lalu, pemerintah AS ingin Ukraina memasok tanah jarang dan mineral lainnya sebagai imbalan atas dukungan finansial selama peperangan Ukraina dengan Rusia.
Zelenskiy mengatakan kurang dari 20% sumber daya mineral Ukraina, termasuk sekitar setengah deposit tanah jarangnya, berada di bawah pendudukan Rusia.
Tanah jarang penting dalam pembuatan magnet berkekuatan tinggi, motor listrik, dan barang elektronik konsumen. Zelenskiy mengatakan Moskow bisa saja membuka sumber daya itu untuk sekutunya, Korea Utara dan Iran, yang nota bene musuh bebuyutan AS.
"Kita perlu menghentikan Putin dan melindungi apa yang kita miliki di wilayah Dnipro yang sangat kaya, Ukraina bagian tengah," katanya.
Sebagai informasi, pasukan Rusia telah menguasai wilayah timur selama berbulan-bulan, mengerahkan sumber daya yang besar untuk gempuran. Sementara tentara Kyiv yang jauh lebih kecil bergulat dengan kekurangan prajurit dan gelisah mengenai pasokan senjata dari luar negeri di masa mendatang.
Zelenskiy membuka peta di atas meja di kantor presiden yang dijaga ketat di Kyiv, yang memperlihatkan banyak endapan mineral, termasuk sebidang tanah luas di timur yang ditandai mengandung tanah jarang. Sekitar setengahnya tampak berada di sisi Rusia di garis depan saat ini.
(fsd/fsd)