Mantan Bos BI Ungkap Asing Tak Suka Tanam Uang di RI, Banyak 'Tikus'!
Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Burhanudin Abdullah mengungkapkan Indonesia memerlukan investasi yang signifikan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8%.
Sayangnya, menurut Burhanudin Abdullah, investor asing enggan menanamkan uangnya di Indonesia. Dia mengatakan keengganan ini dipicu oleh ketidakpastian aturan hukum dan korupsi di Indonesia.
"Kita tahu persis orang asing tidak suka menanam uang di Indonesia karena mungkin masalah kepastian hukum, terlalu banyak tikus di sini, tidak bersih rumah ini," ujarnya dalam acara Sarasehan Ulama, dikutip Rabu (5/2/2025).
Padahal untuk mencapai 8% kita memerlukan porsi investasi hingga 52% dari PDB. Ini jumlahnya setara dengan kurang lebih Rp 12.000 triliun, jika PDB Indonesia sebesar Rp 22.000 triliun. Bahkan gap di dalam ekonomi Indonesia ini, tidak bisa ditutup oleh domestic savings atau tabungan masyarakat.
"Tabungan masyarakat yang disimpan di bank dan dimana-mana hanya 38% dari PDB jadi ada gap sebesar 16%," ungkapnya.
Gap sebesar 16% ini, kata Burhanudin, hanya bisa ditutup dengan dana asing, baik pinjaman atau Foreign Direct Investment (FDI). Sejak Indonesia merdeka, rata-rata investasi asing yang masuk ke negara ini kurang dari US$ 100 per kapita, sementara Vietnam yang baru membangun tahun 90-an mencapai US$ 400 per kapita.
"Singapura jangan ditanya, hampir US$ 2 juta per kapita. Dari sini muncul pikiran-pikiran bagaimana keluar dari persoalan ini?" katanya.
Dari sinilah, maka lahir ide untuk mengkonsolidasikan BUMN-BUMN di Indonesia. Dia pun menilai dibentuknya Danantara diharapkan dapat menjadi mesin investasi RI ke depannya.
"Ini akan di-leverage untuk pertumbuhan ekonomi kita," tegas Burhanudin.
(haa/haa)