Internasional

Rezim Assad Runtuh, Ukraina Minta Suriah Tendang Rusia

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
30 December 2024 19:15
Ratusan warga berunjuk rasa menentang pembakaran pohon Natal di Hama, di lingkungan Bab Touma di Damaskus, Suriah, 24 Desember 2024. (REUTERS/Amr Abdallah Dalsh)
Foto: Ratusan warga berunjuk rasa menentang pembakaran pohon Natal di Hama, di lingkungan Bab Touma di Damaskus, Suriah, 24 Desember 2024. (REUTERS/Amr Abdallah Dalsh)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Sybiga mengadakan kunjungan ke Damaskus, Suriah, Senin (30/12/2024). Hal ini terjadi setelah para milisi negara itu berhasil menjatuhkan rezim Bashar Al Assad, yang dibekingi rival Kyiv, Rusia.

Dalam kunjungan dan pertemuannya dengan pemimpin baru Suriah, Ahmed Al Sharaa, Sybiga meminta agar Damaskus segera mengusir Rusia dan segala macam aset negara itu dari Suriah. Ia menyebut Moskow telah mengakibatkan penderitaan bagi warga Suriah selama beberapa tahun terakhir karena mendukung Assad.

"Rezim Rusia dan Assad saling mendukung karena keduanya didasarkan pada kekerasan dan penyiksaan," kata Sybiga, menurut sebuah pernyataan.

Sybiga mengatakan Kyiv siap memperbaiki hubungan dengan Suriah yang terputus ketika Assad mengakui aneksasi wilayah Ukraina oleh Rusia. Pada hari Jumat, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan negaranya bahkan telah mengirimkan pengiriman pertama bantuan pangan, 500 ton tepung terigu, ke Suriah.

"Kami yakin bahwa dari sudut pandang strategis, pencabutan kehadiran Rusia di Suriah akan berkontribusi pada stabilitas tidak hanya negara Suriah, tetapi juga seluruh Timur Tengah dan Afrika."

Milisi yang dipimpin oleh kelompok Islamis Hayat Tahrir al-Sham (HTS) pimpinan Sharaa melancarkan serangan pada tanggal 27 November yang membuat mereka merebut sejumlah kota penting dan akhirnya Ibu Kota Damaskus. Assad pun harus dipaksa mengalah dan lari ke Rusia setelah HTS berhasil mengambil alih Istana Presiden.

Namun, meskipun Moskow mendukung Assad, Sharaa pada hari Minggu mencatat "kepentingan strategis yang mendalam antara Rusia dan Suriah" dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Al-Arabiya.

"Semua persenjataan Suriah berasal dari Rusia, dan banyak pembangkit listrik dikelola oleh para ahli Rusia... Kami tidak ingin Rusia meninggalkan Suriah seperti yang diinginkan sebagian orang," Sharaa menambahkan.

Rusia sendiri memiliki sejumlah aset penting di Suriah. Dua yang paling penting adalah pangkalan T4 di gurun Homs dan pangkalan udara Khmeimim. Yang lebih penting lagi, pada tahun 2017, Rusia menandatangani sewa selama 49 tahun untuk pelabuhan Tartus, membuat Moskow dapat mengakses Laut Tengah


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular