
Mantan Presiden Rusia Beri 'Ancaman Gangster', Inggris Tak Terima

Jakarta, CNBC Indonesia - Inggris menuduh mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev membuat 'ancaman gangster' terhadap wartawan The Times. Ancaman Medvedev muncul setelah surat kabar harian nasional Inggris tersebut meliput tentang pembunuhan Igor Kirillov, kepala divisi senjata kimia tentara Kremlin.
"Tidak seperti di Rusia, pers yang bebas adalah landasan demokrasi kami dan kami menanggapi setiap ancaman yang dibuat oleh Rusia dengan sangat serius," kata juru bicara Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, seperti dikutip Al Jazeera pada Kamis (19/12/2024).
Sementara Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy menggambarkan komentar Medvedev sebagai "ancaman gangster" yang "berbau keputusasaan".
"Surat kabar kami mewakili nilai-nilai terbaik Inggris: kebebasan, demokrasi, dan pemikiran independen," imbuhnya.
Sebelumnya, sebuah tajuk rencana yang dimuat di surat kabar tersebut menyebut pembunuhan itu sebagai "tindakan pertahanan yang sah" oleh Ukraina.
Tajuk rencana tersebut menuduh bahwa Kirillov "akan bertanggung jawab atas sejumlah serangan kimia yang terdokumentasi terhadap pasukan Ukraina di lapangan".
Mantan presiden Rusia, yang saat ini menjabat sebagai wakil ketua Dewan Keamanan, kemudian tampak mengancam staf senior di surat kabar tersebut pada Rabu (18/12/2024), setelah tulisan itu diterbitkan.
"Dan mereka juga sekarang menjadi target militer yang sah. Ini mungkin termasuk para serigala jahat dari The Times, yang dengan pengecut bersembunyi di balik tajuk rencana. Artinya, seluruh tim manajemen publikasi tersebut," tulis Medvedev di Telegram.
"Orang-orang yang melakukan kejahatan terhadap Rusia ... selalu punya kaki tangan," imbuhnya.
Pascaancaman Medvedev, The Times mengatakan bahwa Moskow telah melarang beberapa jurnalisnya memasuki Rusia.
Seorang sumber di Dinas Keamanan Ukraina, atau SBU, mengonfirmasi bahwa badan tersebut berada di balik serangan tersebut. Ukraina belum memberikan komentar resmi mengenai insiden tersebut.
Medvedev, yang menjabat satu periode sebagai presiden Rusia antara tahun 2008 dan 2012, juga mengancam tokoh-tokoh NATO yang memberikan bantuan militer kepada Ukraina.
Merujuk pada artikel yang menyebut pembunuhan Kirillov sebagai "serangan diskriminatif terhadap agresor", ia mengatakan "logika ini" berarti "para pengambil keputusan NATO" yang membantu Kyiv "berpartisipasi dalam perang hibrida atau konvensional melawan Rusia".
"Semua individu ini dapat dan harus dianggap sebagai target militer yang sah bagi negara Rusia. Dan bagi semua patriot Rusia, dalam hal ini," tulisnya.
Ancaman itu muncul saat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertemu dengan kepala NATO Mark Rutte dan para pemimpin utama Eropa di Brussels untuk membahas perang Rusia menjelang kembalinya Presiden terpilih AS Donald Trump ke Gedung Putih.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ide Gila Mantan Presiden Rusia Wujudkan Perdamaian di Timur Tengah
