Internasional

8 Update Perang Arab! Israel Mulai Jajah Suriah-Gencatan Senjata Gaza

sef, CNBC Indonesia
Kamis, 19/12/2024 06:17 WIB
Foto: Tentara Israel melintasi pagar keamanan menuju apa yang disebut Garis Alfa yang memisahkan Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel dari Suriah, di kota Majdal Shams, Minggu, 15 Desember 2024. (AP/Matias Delacroix)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kekerasan masih terjadi di Timur Tengah. Setidaknya delapan fakta baru muncul, dari Rabu hingga Kamis (19/12/2024).

Apa saja? Berikut rangkuman CNBC Indonesia dari sejumlah sumber.


Israel Mau Kuasai Suriah

Israel kini mulai memperluas caplokannya ke Suriah. Ini terjadi setelah penggulingan Presiden Bashar Al-Assad minggu lalu.

Israel mulai memindahkan pasukannya ke zona penyangga Suriah yang dipatroli PBB di wlayah dataran tinggi Golan, yang seharusnya dikuasai Suriah berdasarkan perjanjian tahun 1974. Sebelumnya, Israel juga telah melancarkan ratusan serangan terhadap aset militer Suriah dalam apa yang disebutnya sebagai "upaya untuk mencegah aset-aset tersebut jatuh ke tangan musuh".

Golan sendiri sebagian memang sudah dikuasai Israel setelah perang Arab-Israel membuat Tel Aviv menang di 1967. Israel lalu mencaplok lagi dua pertiga wilayah itu di 1981.

Dilaporkan pula bagaimana kini anggaran baru telah dialokasikan Israel. Dalam tahun depan dilaporkan bagaimana Israel akan menggandakan populasinya di sana.

Bahkan sebuah area yang disebut Trump Height, yang sempat diresmikan presiden terpilih AS itu di 2019, di masa jabatan pertamanya, akan diperluas. Pemerintah Israel menyetujui rencana pada hari Minggu untuk menghabiskan 40 juta shekel untuk menggandakan populasi Yahudi di Golan.

"Memperkuat Golan adalah memperkuat Negara Israel, dan hal ini sangat penting saat ini. Kami akan terus mempertahankannya, mengembangkannya, dan tinggal di dalamnya," tegas Perdana Menteri (PM) Isarel Netanyahu dalam pernyataannya.

Serangan Baru Israel ke Gaza

Sementara sibuk hendak mencaplok Suriah, Israel masih terus melakukan serangan ke Gaza, wilayah kantong Palestina. Setidaknya 38 orang tewas dan 203 luka-luka dalam serangan yang berlangsung selama 24 jam terakhir.

Serangan terbaru dilakukan Israel di Gaza Utara, tepatnya di fasilitas Rumah Sakit Adwan Hospital, dan membakar unit gawat darurat (UGD). Hal itu membuat total warga Gaza yang tewas sejak Oktober kini menjadi lebih dari 45.000 jika dengan 100.000 lebih terluka.

Jerman Kurangi Ekspor Senjata ke Israel

Di sisi lain, Jerman mengurangi separuh ekspor senjatanya ke Israel dibandingkan dengan tahun lalu. Ini terkuak dalam data dari kementerian ekonomi, yang menyetujui lisensi ekspor, sebagaimana dimuat Al-Jazeera.

Persetujuan ekspor untuk Israel turun menjadi 161 juta eur, di tengah gugatan hukum oleh kelompok hak asasi manusia (HAM) tentang potensi penggunaan senjata di Gaza. Tahun lalu, Berlin menyetujui ekspor senjata ke Israel senilai 326,5 juta euro, meningkat sepuluh kali lipat dari tahun 2022, yang mencakup peralatan militer dan senjata perang.

Israel Robohkan Rumah di Lebanon

Serangan kembali dilakukan Israel ke Lebanon. Militer merobohkan beberapa rumah di Tayr Harfa, al-Jabeen, dan Shiheen di Tyre, Lebanon selatan.

Negeri itu mengklaim bangunan melanggar kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah. Kantor Berita Nasional Lebanon mengatakan buldoser Israel, untuk hari ketiga berturut-turut, juga merobohkan lingkungan di kota Naqoura di selatan Tyre.

Sejak kesepakatan gencatan senjata, Hizbullah dan Israel saling menuduh melanggar ketentuan perjanjian. Gencatan senjata sendiri mulai berlaku pada akhir November lalu.

Turki Warning Pemerintah Baru Suriah

Update lain terjadi dengan Turki. Negara itu tiba-tiba memberi peringatan ke Suriah, Rabu terkait pasukan Kurdi di Suriah.

Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan penguasa baru Suriah harus memberikan penanganan yang tepat kepada kelompok tersebut. Bagi Turki, Pasukan Kurdi adalah separatis yang hendak memerdekakan diri di negeri itu, bahkan dicap teroris.

"Sekarang ada pemerintahan baru di Damaskus. Saya pikir, ini adalah perhatian utama mereka sekarang," tegas Fidan dalam sebuah wawancara dengan Al-Jazeera.

"Jadi, saya pikir jika mereka akan melakukannya, jika mereka menangani masalah ini dengan tepat, maka tidak akan ada alasan bagi kami untuk campur tangan," tambahnya.

Sebelumnya, bentrokan senjata pecah antara pejuang pro-Turki di Suriah dengan Pasukan Kurdi di dekat kota utara yang menjadi titik api, meskipun ada perpanjangan gencatan senjata yang ditengahi AS di daerah tersebut.

Pertempuran terjadi lebih dari seminggu setelah pemberontak Suriah yang dipimpin Islamis menggulingkan mantan Presiden Assad, yang sudah berkuasa 24 tahun.

"Setidaknya 21 anggota faksi pro-Turki tewas dan yang lainnya terluka akibat tembakan," kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.

PBB Serukan Pemilihan Umum

Utusan PBB untuk Suriah menyerukan pemilihan umum yang "bebas dan adil" setelah penggulingan Presiden Assad. Berbicara kepada wartawan di Damaskus, utusan khusus PBB Geir Pedersen mengatakan "ada banyak harapan bahwa kita sekarang dapat melihat awal dari Suriah yang baru".

"Suriah yang baru yang... akan mengadopsi konstitusi baru... dan bahwa kita akan memiliki pemilihan umum yang bebas dan adil ketika saatnya tiba, setelah masa transisi," katanya dikutip AFP.

Ia juga menyerukan bantuan kemanusiaan segera ke negeri itu. Dirinya berharap untuk sanksi internasional yang dijatuhkan terhadap Suriah atas pelanggaran Assad juga bisa segera dicabut.

Sebelumnya, hal sama juga diserukan Kepala kemanusiaan PBB Tom Fletcher. Ia meminta peningkatan bantuan besar-besaran oleh negara-negara donor untuk menanggapi "momen harapan" ini bagi Suriah.

"Di seluruh negeri, kebutuhannya sangat besar. Tujuh dari 10 orang membutuhkan dukungan saat ini," tegasnya.

Kuburan Massal 100.000 Orang Ditemukan

Kuburan massal ditemukan di Suriah. Ini menjadi pengungkapan terbaru dari kelamnya rezim mantan Presiden Assad yang berkuasa 24 tahun.

Seorang jaksa kejahatan perang internasional mengatakan kuburan masal itu mengungkap "mesin kematian" yang dijalankan pemerintahan sosok yang kini melarikan diri ke Moskow Rusia tersebut. Diperkirakan 100.000 orang telah disiksa dan dibunuh sejak 2013.

Salah satunya di Qutayfah dan Najha dekat Damaskus. Stephen Rapp yang pernah memimpin tuntutan pada kejahatan perang Rwanda dan Sierre Leone membuka hal tersebut.

"Kami tentu memiliki lebih dari 100.000 orang yang hilang dan disiksa sampai mati di mesin ini," ujarnya menyebut kuburan massal Assad, dikutip dari Reuters.

"Saya tidak banyak meragukan jumlah tersebut mengingat apa yang telah kita lihat di kuburan massal ini," jelasnya.

"Kami benar-benar belum pernah melihat hal seperti ini sejak zaman Nazi,".

Dikatakannya bagaimana selama ini polisi rahasia menghilangkan orang-orang di jalanan dan rumah mereka. Sipir dan interogator membuat mereka kelaparan dan menyiksa mereka hingga mati.

"Pengemudi truk dan pengemudi buldoser menyembunyikan mayat mereka, ribuan orang bekerja dalam sistem pembunuhan ini," tambahnya.

"Kita berbicara tentang sistem teror negara, yang menjadi mesin kematian," katanya.

Setidaknya, banyak lembaga kemanusiaan percaya ada ratusan ribu warga Suriah telah dibunuh sejak 2011. Tindakan keras Assad terhadap protes yang terjadi berubah menjadi perang skala penuh kala itu.

Gencatan Senjata Gaza

Pembicaraan baru gencatan senjata di Gaza kembali dilakukan. Beberapa sumber penting mengatakan, sejumlah pihak sedang bertemu di Doha Qatar untuk membicarakan ini.

Optimisme akan perang berakhir kali i i lebih besar dari sebelumnya. Sumber diplomatik mengatakan ini terkait dengan pernyataan Presiden terpilih AS Donald Trump baru-baru ini bahwa kesepakatan harus dicapai sebelum ia kembali menjabat pada tanggal 20 Januari berdampak pada putaran perundingan terakhir.

Salah satu sumber diplomatik mengatakan bahwa Hamas, sangat ingin mencapai kesepakatan sebelum akhir tahun. Penguasa Gaza itu kini terisolasi setelah melemahnya sekutunya di Lebanon, Hizbullah, dan penggulingan orang kuat Suriah Bashar al-Assad.

"Banyak orang melihat (kesepakatan) sebagai hadiah Natal yang sempurna," kata sumber tersebut.

Petinggi Hamas sendiri telah mengatakan perundingan tersebut berada pada tahap "detail akhir" dan bahwa Qatar serta Mesir akan mengumumkan kesepakatan tersebut setelah negosiasi berakhir. Sementara PM Israel Netanyahu akan membahasnya dengan kabinet hari ini.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump Umumkan Israel Setuju Gencatan Senjata 60 Hari di Gaza