
Penampakan Rumah 'Bunuh Diri', Penghuni Berasa Uji Nyali
Bangunan rapuh di tepi tebing curam ratusan meter disebut oleh para ahli dan pejabat dengan julukan "rumah bunuh diri".

Di kota dataran tinggi El Alto, Bolivia, atap logam warna-warni - biru, jingga, merah, dan hijau sejenak mengalihkan perhatian dari jurang curam hanya beberapa inci dari rumah-rumah, yang disebut "rumah bunuh diri" karena risiko tinggi bagi penghuninya. (REUTERS/Claudia Morales)

Deretan bangunan rapuh itu berdiri di tepi tebing tanah dengan jurang terjal ratusan meter menuju lereng berbatu di bawahnya. Para ahli dan pejabat kota menyebut tebing itu semakin terkikis, membuat rumah-rumah tersebut semakin berbahaya, sehingga dijuluki demikian.(REUTERS/Claudia Morales)

Rumah-rumah rapuh itu sering digunakan oleh dukun Aymara, atau yatiris, untuk memberikan persembahan kepada Pachamama, Ibu Pertiwi. Meskipun fondasi bangunan terus tergerus oleh hujan lebat dan pemanasan global, para dukun tetap bertahan, meski pintu belakang rumah hanya memiliki langkan sempit sebelum tanah terjun curam. (REUTERS/Claudia Morales)

El Alto dan ibu kota politik La Paz, yang terletak di lembah di bawahnya, memiliki bentang alam terjal yang mencerminkan pegunungan Andes di sekitarnya. Kondisi ini mendorong pemerintah setempat membangun kereta gantung untuk memudahkan mobilitas warga. (REUTERS/Claudia Morales)

Bentang alam itu menjadi semakin berbahaya karena pola cuaca menjadi lebih ekstrem, sesuatu yang diperburuk oleh perubahan iklim. (REUTERS/Claudia Morales)