
Airlangga Bertekad Bangkitkan Kejayaan Industri Aceh Era Soeharto

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia membutuhkan investasi besar guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi hingga 8%. Untuk mencapai target itu, investasi yang diperlukan mencapai Rp 1.900 triliun dan Rp 2.200 triliun.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan hal ini bukan pekerjaan mudah. Namun, dia optimistis investasi dapat tumbuh sejalan dengan program pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Oleh karena itu, pemerintah fokus apda perbaikan sejumlah KEK di Tanah Air. Salah satunya, KEK di Arun, Lhoksumawe, Aceh.
Menurut Airlangga, Aceh memiliki potensi besar sebagai pusat industri di Indonesia. Provinsi ini juga potensial untuk menjadi lokasi pengembangan carbon capture.
"Padahal potensi CCUS (Carbon Capture, Utilization, and Storage) salah satu terbesar di situ. Kemudian ada klaster industri pupuk, Pupuk Iskandar Muda, dan ini salah satu yang menjadi penggerak ekonomi di Aceh," kata Airlangga dalam Rakornas Kementerian Investasi dan Hilirisasi, Rabu (11/12/2024).
CCUS adalah teknologi yang digunakan untuk mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) dari aktivitas industri dan pembangkit listrik. Di zaman Soeharto, lanjut Airlangga, industri di Aceh berkembang cukup besar, dari semen sampai kertas dan pupuk. Dengan adanya revitalisasi KEK, dia berharap Aceh dapat kembali bersinar sebagai pusat industri.
"Kita tahu saat di zaman Pak Soeharto masa order baru di situ banyak industri yang industri sekarang malah terhenti mulai dari pabrik semen, kertas, dan pupuk Aceh. Dengan adanya revitalisasi KEK diharapkan ini bisa tumbuh, apalagi di utara nanti ada investasi oil and gas di Andaman dengan investasi Mubadala Energy," ujarnya.
Mubadala Energy Indonesia diketahui tengah mematangkan skema Blok South Andaman, di wilayah Aceh. Perusahaan asal Uni Emirat Arab ini akan rencana pengembangan (PoD) kepada pemerintah pada awal 2025.
(emy/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sah! KEK BSD-Batam Sudah Disetujui Jokowi