Investasi Asing di ASEAN Tembus Rekor, Capai Rp 3.647 Triliun

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
18 November 2024 20:40
Thousands of police and soldiers watch the unveiling of the summit logo during a send off ceremony and deployment to provide security for next week's ASEAN Summit and other related summits which the country is hosting in Manila, Philippines Sunday, Nov. 5, 2017. ASEAN leaders and its Dialogue Partners such as the United States, Russia, China, Japan, South Korea, India, Turkey, Australia, Canada, New Zealand, the European Council and U.N. Secretary General Antonio Guterres are attending the summit. (AP Photo/Bullit Marquez)
Foto: Filipina ASEAN Summit (AP/Bullit Marquez)

Sanur, CNBC Indonesia - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung membeberkan bahwa investasi asing (Foreign Direct Investment/FDI) pada negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) pada tahun 2023 lalu mencapai rekor yakni sebesar US$ 230 miliar setara Rp 3.647 triliun (asumsi kurs Rp 15.860 per US$).

Yuliot menyebutkan angka capaian FDI ASEAN tersebut merupakan Laporan Investasi ASEAN 2024 yang diterbitkan oleh Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD).

"Berdasarkan Laporan Investasi ASEAN 2024 yang diterbitkan oleh UNCTAD, arus masuk investasi langsung asing (FDI) ke ASEAN mencapai rekor US$ 230 miliar pada tahun 2023," bebernya dalam acara ASEAN Mining Conference (AMC) 2024, di Meru Sanur, Bali, Senin (18/11/2024).

Capaian FDI tersebut, lanjut Yuliot, merupakan capaian di tengah penurunan investasi asing dunia yang mencapai 10%. Walaupun memang, Yuliot mengatakan bahwa capaian FDI ASEAN tahun 2023 hanya meningkat 1% bila dibandingkan dengan FDI ASEAN tahun sebelumnya yakni tahun 2022 lalu.

"Peningkatan tahunan ketiga berturut-turut ini memperkuat posisi ASEAN sebagai penerima FDI terbesar di antara kawasan berkembang, dengan menyumbang 17% dari arus masuk global, naik dari 16,5% pada tahun 2022," imbuhnya.

Adapun, Yuliot menyebutkan tren peningkatan investasi tersebut salah satunya berasal dari investasi yang masuk dalam pengembangan sektor energi baru terbarukan (EBT). Mulai dari sisi hulu termasuk sektor pertambangan dan pemrosesan lanjutannya, hingga sektor hilir melalui investasi pembangkit EBT.

"Selama tahun 2020-2023, industri terkait energi terbarukan menarik rata-rata lebih dari US$27 miliar per tahun dalam proyek investasi greenfield yang diumumkan, sekitar 25% dari total (investasi)," jelasnya.

Yuliot mengatakan pertumbuhan FDI di ASEAN membuktikan bahwa ASEAN memiliki perekonomian yang cepat diikuti oleh perkembangan integrasi kawasan yang cepat.

"Fokus pada Mitra Dialog berkontribusi pada konsentrasi berkelanjutan sumber arus FDI, yang dapat diperluas untuk mencakup ekonomi mitra lainnya," tandasnya.

Di lain sisi, Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN Untuk Masyarakat Ekonomi ASEAN, Satvinder Singh mengatakan kawasan ASEAN kedepannya akan mendorong pembangunan industri mineral yang berkelanjutan dengan mengedepankan faktor Environmental, Social, Governance (ESG).

Dia mengatakan hal itu penting untuk menjadi landasan negara-negara ASEAN khususnya dalam sektor pertambangan. "Dan saya yakin ini adalah sesuatu yang telah kita mulai melalui penerapan prinsip-prinsip ASEAN tentang pembangunan mineral berkelanjutan. Prinsip pembangunan mineral berkelanjutan regional ini berfungsi sebagai landasan bagi upaya masa depan kita di sektor pertambangan, khususnya dalam visi jangka panjang untuk pembangunan mineral ASEAN setelah tahun 2025," jelasnya dalam kesempatan yang sama.

Singh menegaskan bahwa pihaknya akan memprioritaskan sumber daya mineral yang dikelola khususnya di kawasan ASEAN dilakukan secara bertanggung jawab.

"Kita juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi tetapi pada saat yang sama, dapat melindungi lingkungan dan yang lebih penting, masyarakat kita untuk generasi mendatang" imbuhnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret SPBU di Tengah Isu Perubahan Skema Subsidi BBM Cs

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular