Internasional

Turunkan Kapal Induk Nuklir, Prancis Bawa 3.000 Pasukan ke Dekat RI

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
09 November 2024 10:45
The French aircraft carrier Charles de Gaulle arrives in the bay of Toulon, southern France, Sunday April 12, 2020. The Defense Ministry said in a statement that around 40 sailors showed symptoms compatible with COVID-19, the disease the coronavirus causes. The new coronavirus causes mild or moderate symptoms for most people, but for some, especially older adults and people with existing health problems, it can cause more severe illness or death. (AP Photo/Daniel Cole)
Foto: Kapal Induk Tenaga Nuklir di Prancis Charles de Gaulle (AP/Daniel Cole)AP/Daniel Cole

Jakarta, CNBC Indonesia - Prancis tengah menggenjot kehadiran militer di wilayah Asia Pasifik. Paris bahkan dilaporkan berencana untuk menurunkan armada kapal induk Charles De Gaulle ke wilayah itu.

Dilansir dari laporan Radio Free Asia (RFA), Sabtu (9/11/2024), Angkatan Laut Prancis mengatakan dalam siaran pers, kelompok armada penyerang yang dipimpin kapal induk bertenaga nuklir Charles de Gaulle telah melaksanakan sesi pelatihan selama tiga minggu pada 4-25 Oktober di Mediterania.

"Awak kapal kini telah memulai persiapan logistik dan operasional terakhir selama empat minggu di dermaga sebelum pengerahan Charles de Gaulle berikutnya dalam kelompok tempur kapal induk yang dibentuk," kata Angkatan Laut Prancis dalam rilis tersebut tanpa menyebutkan ke mana tujuan kelompok penyerang kapal induk itu.

Namun, sebelum pengumuman ini, Naval News mengutip seorang perwira senior Prancis yang mengatakan, pengerahan selama berbulan-bulan itu akan berlangsung di Mediterania timur, Laut Merah, Samudra Hindia, dan mungkin di ujung terjauh Samudra Pasifik.

"Samudra Hindia, dan mungkin di ujung terjauh Samudra Pasifik. Kelompok penyerang kapal induk itu dapat melakukan kunjungan pertama yang bersejarah ke Jepang dan Filipina," kata publikasi yang berbasis di Paris itu.

Selain Charles de Gaulle, kelompok penyerang itu mungkin mencakup beberapa kapal perang lainnya, kapal selam serang bertenaga nuklir, kapal pendukung logistik, dan beberapa kapal pendukung dan bantuan. Sayap udara itu akan mencakup dua pesawat E-2C Hawkeye AEW, 24 jet Rafale Marine, dan empat helikopter.

"Sekitar 3.000 pelaut dan penerbang angkatan laut akan mengambil bagian dalam beberapa latihan selama penempatan itu, di antaranya latihan multinasional akan berfokus pada tema keamanan maritim di selat Indonesia," kata Naval News, dikutip Sabtu (9/11/2024).

Prancis memiliki sejarah panjang keterlibatan di Pasifik. Selain kehadiran militer langsung, Paris juga memiliki beberapa kesepakatan senjata di Asia-Pasifik seperti Indonesia, Singapura, dan yang terbaru, proyek bantuan senilai US$438 juta untuk menyediakan 40 kapal patroli dan dukungan logistik bagi Penjaga Pantai Filipina.

Meski begitu, manuver ini ditanggapi China secara tidak langsung. Alih-alih menggunakan Kementerian Luar Negeri, sebuah artikel yang diberitakan kantor berita pemerintah, Global Times, menerbitkan sebuah artikel yang mengecam kemungkinan penempatan kelompok penyerang kapal induk Charles de Gaulle di Indo-Pasifik.

Zhang Junshe, seorang pakar militer China, mengatakan kepada Global Times, meskipun menjadi satu-satunya negara di luar AS yang memiliki kapal induk bertenaga nuklir, kekuatan Prancis di area ini sejauh ini terbatas.

Media berita China itu mengutip analis yang mengatakan bahwa pengerahan pasukan itu merupakan upaya untuk memanjakan perluasan NATO ke Asia-Pasifik, yang merugikan perdamaian dan stabilitas regional.

"Baik negara maupun masyarakat di kawasan Asia-Pasifik tidak menginginkan kekuatan eksternal membangun kehadiran militer mereka di kawasan itu untuk menabur perselisihan dan mengintensifkan ketegangan regional."


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article NATO Ketar-ketir, Prancis Bakal Keluar dari Anggota

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular