BMKG Bongkar Alasan RI Panas Mendidih, Ternyata Ada Fenomena Ekstrem

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
03 November 2024 07:45
Pekerja mengangkat ikan asin di kawasan Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (23/10). Memasuki musim penghujan dan isu Badai La Nina menjadi momok yang cukup mengkhawatirkan bagi nelayan. Menurut salah satu nelayan Ros mengatakan nelayan kerap mengalami masalah saat menjaring ikan di musim hujan. "Sulitnya menangkap ikan dan memikirikan kebocoran rumah. Mau menjemur ikan sulit karena cuaca tidak menentu," jelasnya. Seperti diketahui nelayan juga perjuangan melawan kelam wabah pendemi global tersebut, dampak Covid-19 juga mulai merambah pada kehidupan ekonomi masyarakat kecil, yang mengeluhkan perekonomian turun drastis dari waktu normal. Hal sama sangat terasa pada perekonomian nelayan Indonesia. Nelayan terpaksa harus menjual hasil tangkapan kepada masyarakat dengan harga yang sangat murah atau turun lebih dari 50 persen dari harga biasanya. Hal ini terjadi karena banyak pabrik pengolahan yang ditutup demi mengikuti anjuran pemerintah dalam rangka mencegah penularan Covid-19.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Nelayan (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemanasan global mengakibatkan perubahan iklim yang dapat menimbulkan cuaca panas. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan prediksi baru soal La Nina di Indonesia, di mana salah satunya memastikan La Nina akan terjadi tahun ini.

Prediksi tersebut merupakan hasil monitoring IOD dan ENSO Dasarian II Oktober 2024. Hasilnya menunjukkan status ENSO netral. "Hasil monitoring indeks IOD dan ENSO Dasarian II Oktober 2024, menunjukkan indeks IOD yang melewati batas ambang IOD negative (indeks -1.11), namun baru berlangsung 1 dasarian sehingga statusnya tetap Indian Ocean Dipole (IOD) netral," mengutip BMKG dalam keterangannya, dikutip Minggu (3/10/2024).

"Anomali SST di Nino 3.4 juga menunjukkan kondisi yang melewati batas ambang La Nina dengan indeks (indeks -0.64), namun baru berlangsung satu dasarian sehingga statusnya tetap ENSO Netral," tambah BMKG.

Netral merupakan angin pasat dari timur ke arah barat menghasilkan arus laut yang mengarah ke barat disebut Sirkulasi Walker. Suhu permukaan akan lebih hangat di barat dibandingkan bagian timur.

Sementara El Nino adalah angin yang berembus dari timur ke barat melemah atau berbalik arah, terkait dengan meluasnya suhu permukaan yang hangat di bagian timur dan tengah Pasifik. La Nina adalah hembusan angin pasat dari timur ke arah barat sepanjang ekuator yang lebih kuat dari biasanya, membuat suhu permukaan bagian timur lebih dingin.

Sementara itu, La Nina dipastikan terjadi tahun ini. Namun untuk mengonfirmasinya perlu waktu. Fenomena La Nina biasanya ditandai dengan curah hujan tinggi dan angin kencang dibanding biasanya.

"La Nina IOD Netral diprediksi berlangsung hingga awal tahun 2025. Sementara itu, ENSO diprediksi berpotensi menuju La Nina lemah mulai Oktober 2024," sebut BMKG.

Deputi bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan membenarkan tanda tersebut. Namun juga menambahkan belum bisa mengonfimasi La Nina.

"Betul [muncul pertanda La Nina tapi belum bisa dikonfirmasi]. Lebih dari 1 bulan [waktu yang menunjukkan tren yang dibutuhkan untuk mengonfirmasi La Nina]," kata Ardhasena melalui pesan singkat saat dikonfirmasi CNBC Indonesia.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BMKG: Hati-Hati Hujan Deras & Petir Tiba-Tiba, Kondisi Atmosfer Labil

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular