RI Bakal Punya Kilang Minyak Terbesar Tahun Depan, Ini Pemiliknya

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
29 October 2024 09:10
Kilang atau Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, Kalimantan Timur milik PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Minggu (11/8/2024). (Dokumentasi: Kementerian ESDM)
Foto: Kilang atau Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, Kalimantan Timur milik PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Minggu (11/8/2024). (Dokumentasi: Kementerian ESDM)

Jakarta, CNBC Indonesia - RI saat ini tengah meningkatkan kapasitas kilang minyak demi meningkatkan produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Tanah Air, sehingga bisa menekan impor BBM.

Pada tahun depan RI diperkirakan akan memiliki kilang BBM terbesar dan paling modern. Hal ini tak lain karena proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan yang memiliki kapasitas pengolahan minyak sebesar 360 ribu barel per hari (bph) tuntas konstruksi dan mulai beroperasi pada 2025 mendatang.

Lantas, siapa pemilik dan pengelola RDMP Balikpapan tersebut?

Kilang minyak yang digadang-gadang akan menjadi kilang minyak terbesar di Indonesia ini merupakan milik PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Subholding Refining & Petrochemical PT Pertamina (Persero).

Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan, kapasitas untuk unit pengolahan minyak mentah di proyek RDMP Balikpapan telah berhasil ditingkatkan sebesar 100 ribu barel per hari (bph), dari yang sebelumnya 260 ribu bph menjadi 360 ribu bph.

"Yang sedang kita lakukan adalah sekarang Balikpapan, tentunya in progress untuk peningkatan kapasitas. Balikpapan pun sudah CDU-nya ataupun Crude Distillation Unit sudah on stream. Artinya itu ada menambah kapasitas 100 ribu barel per hari menjadi 360 ribu barel per hari dari Balikpapan," paparnya dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, beberapa waktu lalu.

Setelah peningkatan kapasitas unit pengolahan minyak atau CDU di proyek RDMP Balikpapan, akan dilanjutkan dengan operasional RFCC (Residue Fluid Catalytic Cracking), dan naphtha block. Dengan demikian, diharapkan pada September 2025 mendatang bisa beroperasi secara penuh.

"Namun belum selesai, terkait dengan Balikpapan karena harus ada juga unit lain yang harus kita selesaikan yaitu RFCC dan juga naphtha block, sehingga current estimate itu adalah September 2025 untuk operational acceptance," tuturnya.

"Kira-kira intinya adalah bahwa kilang sejauh ini sesuai dengan tugasnya itu kita maksimalkan untuk penyediaan BBM dan juga tentunya ada produk-produk lain selain BBM ada LPG, kemudian petrokimia, dan lain lain," tandasnya.

Taufik menjelaskan, dengan umur kilang yang berbeda-beda dan teknologi yang bervariasi, efisiensi operasional dari setiap kilang dapat berbeda secara signifikan. Sehingga, strategi untuk meningkatkan efisiensi energi di setiap kilang menjadi sangat penting.

Misalnya, Kilang Plaju yang saat ini mempunyai usia cukup tua. Pengelolaan dari kilang tersebut tentunya akan berbeda dengan pengelolaan Kilang Balikpapan yang digadang-gadang akan menjadi salah satu kilang paling modern di Indonesia.

"Satu kilang yang paling tua atau paling duluan ada itu dari Plaju itu dibangun tahun 1904. Ini sudah 100 tahun lebih. Kemudian yang paling modern mungkin nanti Balikpapan. Nah dengan kondisi seperti itu tentunya kan efisiensi masing-masing kilang berbeda beda," ungkap Taufik.

Selain jenis bensin, dia membeberkan bahwa nantinya Kilang Balikpapan juga akan bisa memproduksi bahan bakar jenis lain seperti propylene, Liquefied Petroleum Gas (LPG), dan BBM jenis solar.

Dengan kapasitas olahan minyak mentah sebesar 360 ribu bph tersebut, Kilang Balikpapan ini akan menjadi kilang terbesar baru yang beroperasi di Tanah Air, membalap Kilang Cilacap yang berkapasitas 345 ribu bph.

Proyek RDMP RU V Balikpapan merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dilaksanakan oleh PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB), anak perusahaan PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) yang merupakan Subholding Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina (Persero).

Selain itu, KPB juga telah membangun terminal Lawe-Lawe yang berperan sebagai area penerimaan, penyimpanan dan penyaluran minyak mentah ke kilang Pertamina di Balikpapan.

Berdasarkan catatan perusahaan, proyek ini didesain dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas produksi BBM dari Euro II menjadi Euro V yang lebih ramah lingkungan, dan meningkatkan kompleksitas kilang dengan kemampuan mengolah residu bernilai rendah menjadi produk bernilai tinggi.

Total area proyek RDMP Balikpapan sendiri adalah 80,64 hektar. Luasan ini akan menambah area kilang yang sudah tersedia menjadi 313,64 hektar. Proyek ini juga memiliki 5 Unit Revamping, 21 Unit Utilities & Offsite baru, dan 13 Unit Process Baru.

Setelah beroperasi secara penuh, Kilang Balikpapan akan memproduksi produk Bahan Bakar Minyak (BBM) seperti gasoline, solar, dan avtur serta produk Non BBM lainnya yaitu LPG, propylene, dan sulphur.

Produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin dari Kilang Balikpapan meningkat menjadi 142 ribu bph dari sebelumnya 42 ribu bph, Solar naik menjadi 156 ribu bph dari 125 ribu bph, dan avtur menjadi 41 ribu bph dari sebelumnya 30 ribu bph.

Begitu juga dengan produksi non-BBM, seperti LPG naik menjadi 384 kilo ton per tahun (KTPA) dari sebelumnya 48 KTPA, propylene 225 KTPA dari sebelumnya tak ada, dan sulphur 58 KTPA dari sebelumnya tak ada.

Sedangkan untuk area kerja di Lawe-Lawe, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Provinsi Kalimantan Timur, terdapat dua unit tangki minyak mentah yang dibangun dengan kapasitas masing-masing 1 juta barel, dengan panjang pipa unloading line 52" (offshore-onshore) dari Single Point Mooring (SPM) ke Lawe-Lawe.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kilang Minyak Raksasa Baru RI Beroperasi Full di 2025, Ini Pemiliknya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular