Menyatu untuk Menyongsong Energi Hijau Berkelanjutan

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
22 October 2024 12:35
Bendungan Jatigede di Jawa Barat.
Foto: (CNBC Indonesia/Verda Nano Setiawan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Langit sore di atas Bendungan Jatigede, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat pada Selasa (3/09/2024) cukup cerah saat itu. Burung kuntul putih sesekali tampak terbang rendah, seolah menari di atas permukaan air mencari ikan dengan lincah.

Hembusan angin yang menggerakkan air turut membawa ketenangan sekaligus menyimpan rahasia besar. Sebab, bukan saja berguna untuk kehidupan, bendungan mempunyai potensi berupa 'harta karun' energi baru dan terbarukan (EBT).

Sebagai perwakilan negara dalam sektor kelistrikan, PT PLN (Persero) mempunyai peran strategis dan pemain kunci dalam memaksimalkan potensi EBT di Indonesia.

Ditambah lagi, pemanfaatan bendungan semakin terbuka lebar setelah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memberikan izin sebagai lokasi pembangkit listrik.

Direktur Bendungan dan Danau Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Adenan Rasyid, mengungkapkan pihaknya bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PLN terus menjalin kolaborasi.

Kolaborasi tersebut dalam rangka memanfaatkan bendungan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) maupun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung.

Menurut Adenan, koordinasi antara Kementerian PUPR, Kementerian ESDM, dan PLN telah berlangsung intensif. Bahkan, pihaknya telah mengidentifikasi potensi setiap bendungan yang dapat digunakan sebagai pembangkit listrik.

Meski demikian, program pemanfaatan dan pengembangan bendungan sebagai sumber energi listrik harus terintegrasi dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang disusun oleh PLN.

Ia pun memastikan bahwa Kementerian PUPR selalu siap memberikan dukungan teknis dengan menyediakan ruang dan infrastruktur yang dibutuhkan. Khususnya bagi perusahaan setrum pelat merah yang dipercaya sebagai pemimpin transisi energi di Indonesia.

"Dengan infrastruktur yang sudah kita bangun, dengan dana yang besar, dan sudah ada manfaatnya, ini akan sangat baik, kalau potensi ini bisa kita kembangkan, bisa kita realisasikan," kata Adenan kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (22/10/2024).

Adenan berharap kolaborasi ini dapat mendorong pengembangan energi terbarukan di Indonesia ke depan. Sehingga, potensi besar yang tersimpan dalam bendungan di berbagai wilayah dapat dioptimalkan sebaik mungkin.

Terpisah, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi sempat mengungkapkan, sebanyak 257 bendungan yang dikelola oleh Kementerian PUPR memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai PLTA maupun PLTS Terapung.

Potensi energi yang dapat dihasilkan dari bendungan-bendungan ini tercatat mencapai 14,2 Giga Watt (GW). Adapun, dari total bendungan tersebut, 38 bendungan sudah memiliki studi kelayakan yang lebih mendalam.

"38 bendungan di antaranya sudah ada studinya, sehingga ini kita dorong untuk direalisasikan investasinya," kata Eniya kepada CNBC Indonesia, Senin (7/10/2024).

Sementara, dari 38 bendungan itu, terdapat tiga lokasi yang memenuhi kriteria paling lengkap untuk direalisasikan pembangunannya, karena memiliki seluruh dokumen studi dan analisis finansial yang memadai.

Meski demikian, nama ketiga bendungan tersebut belum disebutkan secara rinci.

"Yang paling lengkap ada 3 lokasi," tambahnya.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, Indonesia tercatat memiliki potensi EBT yang sangat besar, yakni mencapai 3.687 GW. Namun pemanfaatannya baru mencapai 0,3% dari total potensi tersebut.

Data terbaru menunjukkan bahwa meskipun langkah transisi energi terus didorong, pemanfaatan berbagai sumber EBT masih jauh dari optimal. Misalnya saja seperti air, dari total potensi yang ada sebesar 95 GW, pemanfaatannya baru sebesar 6.697 MW.

Namun, PLN terus menegaskan komitmennya untuk berperan aktif dalam mendukung program transisi energi menuju sumber energi yang lebih berkelanjutan. Salah satunya dengan menjalin kolaborasi strategis.

Kerja Sama PLN dan PUPR Menghidupkan Potensi Bendungan

Keberhasilan PLTA Jatigede menjadi bukti nyata bagaimana potensi air dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk irigasi tetapi juga sebagai tulang punggung energi bersih. Bendungan ini tidak hanya berfungsi mencegah banjir, namun juga berguna dalam mengatasi krisis energi dan perubahan iklim.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan bahwa kehadiran PLTA Jatigede merupakan komitmen PLN dalam menghadirkan listrik bersih kepada masyarakat. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mempercepat transisi energi.

Dengan kapasitas sebesar 2×55 Mega Watt (MW), PLTA ini memasuki tahap akhir pembangunan dan direncanakan mulai beroperasi pada tahun 2024.

Pembangkit ini akan menjadi bagian penting dalam strategi PLN untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan mencapai target Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060.

"PLN akan mengoptimalkan potensi energi hijau yang melimpah di Tanah Air dan ini juga sejalan dengan komitmen kami mencapai NZE demi memastikan kehidupan yang lebih baik bagi generasi mendatang," kata Darmawan, Selasa (3/9/2024).

Sementara, Plh. General Manager PLN Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah (UIP JBT), Achmad Ismail, mengungkapkan bahwa PLTA Jatigede telah menyelesaikan tahap uji performance test dan reliability run pada Unit 1 dan Unit 2.

Pembangkit ini juga telah memperoleh Sertifikat Laik Operasi (SLO) setelah terbukti dapat beroperasi efisien, aman, sesuai desain, serta andal tanpa gangguan tak terduga.

"Pembangunan PLTA Jatigede yang saat ini memasuki tahap Commercial Operation Date (COD), kami mohon doanya agar proses ini dapat berjalan lancar sehingga energi bersih ini bisa segera dikonsumsi pelanggan," ujar Ismail di PLTA Jatigede, Selasa (3/9/2024).

Di tempat yang sama, Manager PLN Unit Pelaksana Proyek Jawa Bagian Tengah 2, Husni Wardhana menjelaskan bahwa PLN juga berhasil melaksanakan percepatan SLO PLTA Jatigede dari yang semula ditarget selesai Oktober 2024 menjadi Juni 2024.

"Target semula adalah penerbitan SLO itu di Oktober 2024 dan itu hanya untuk satu unit. Namun, pada Juni ini, kita berhasil mendapatkan langsung dua sekaligus SLO untuk kedua unit," jelas Husni.

Husni memastikan pembangunan jaringan transmisi untuk penyaluran daya listrik dari PLTA Jatigede telah selesai. PLTA Jatigede akan menyalurkan listrik melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kilo Volt (kV) Jatigede Incomer Line 1 menuju Gardu Induk 150 kV New Kadipaten dan SUTT 150 kV Jatigede Incomer Line 2 menuju Gardu Induk 150 kV New Sunyaragi.

Sumber Energi PLTA Jadi Andalan Pemerintah Kejar Target Energi Bersih

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyatakan bahwa potensi PLTA di Indonesia sangat besar. Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, Indonesia memiliki potensi hingga 95 GW dari PLTA.

Namun, pemanfaatannya hingga kini masih kurang dari 10%. Fabby menjelaskan meskipun regulasi untuk mendukung pengembangan PLTA sudah cukup matang, yang saat ini diperlukan adalah mempercepat implementasinya dan penyederhanaan proses perizinan.

Ia menegaskan pentingnya percepatan pembangunan infrastruktur energi terbarukan guna mendukung pencapaian target NZE.

Menurut Fabby, dalam menghadapi tantangan penyediaan energi ramah lingkungan, pembangkit listrik yang stabil menjadi prioritas. Salah satunya sepertinya PLTA yang diakui memiliki tingkat kestabilan tinggi.

Fabby menilai PLTA memiliki keunggulan sebagai pembangkit listrik yang firm dan dispatchable. Artinya, mampu menyediakan daya yang stabil dan terus menerus hampir mirip dengan pembangkit listrik termal.

"Kalau kita lihat rencana pemerintah dan PLN, memang prioritas paling tidak sampai dengan 2035 itu akan besar sekali dibangun hidro dan panas bumi. Ya hidro khususnya. Karena hidro dan panas bumi mereka kan jenis pembangkit energi terbarukan yang firm dan dispatchable," ujarnya.

Ia lantas mencontohkan beberapa proyek PLTA yang sedang dibangun di Indonesia. Mulai dari Kalimantan Utara, di mana listrik yang dihasilkan akan digunakan untuk menyuplai kebutuhan energi kawasan industri.

Kemudian potensi pengembangan PLTA di Mamberamo, Papua, yang berkapasitas hingga 10 GW, juga menjadi fokus. Setidaknya jika PLTA di Papua berhasil dikembangkan, bukan hanya Papua yang akan mendapatkan suplai listrik, tetapi juga wilayah lain.

Misalnya seperti di wilayah Maluku melalui jaringan listrik yang direncanakan dalam konsep "super grid" yang menghubungkan berbagai pulau di Indonesia.

"Tapi ini kan jangka panjang ya. Mungkin 15-20 tahun lah baru bisa terbangun ya kalau kita bangun. Tapi arahnya ke sana," ujar Fabby.

Jejak Sejarah Transisi Energi di Indonesia

Jejak transisi energi di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sejarah panjang pemanfaatan sumber daya air sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

PLTA Bengkok menjadi bukti nyata akan hal itu, bagaimana inovasi teknologi dan energi terbarukan sudah hadir sejak 1923 di bumi pertiwi, terutama untuk memenuhi kebutuhan listrik perusahaan Belanda saat itu.

Pipa besi tua besar berwarna kuning di PLTA Bengkok masih terlihat kokoh, seperti menantang waktu yang telah berlalu selama lebih dari satu abad.

Pipa-pipa besar itu menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang PLTA Bengkok, yang hingga hari ini masih setia menghasilkan energi listrik untuk wilayah Bandung dan sekitarnya.

Suara gemuruh mesin tua buatan General Electric yang berwarna merah cukup terdengar dari kejauhan, seolah menceritakan kisah panjang dari masa lalu hingga kini. Terutama saat teknologi zaman dulu dan alam masih dapat berpadu menghasilkan energi bersih.

PLTA Bengkok dibangun oleh dua perusahaan asal Belanda, yaitu Lands Waterkracht Bedrijf Bandoeng en Elektriciteit dan Gemeenschappelijk Electrisch Bedrijf Bandoeng en Omstreken. Operasionalnya sendiri saat ini dijalankan oleh PLN melalui anak perusahaannya yakni PT PLN Indonesia Power.

Senior Manager PLN IP Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Saguling, Doni Bakar menegaskan meskipun PLTA Bengkok masih menggunakan mesin dan peralatan asli sejak masa kolonial Belanda, operasionalnya tetap optimal. Hal ini berkat upaya pemeliharaan yang cermat melalui penerapan manajemen aset yang efektif.

"Kita memetakan kondisi asetnya dan memeliharanya dengan pendekatan periodic maintenance, yang berbasis waktu. Selain itu, kita juga melakukan preventive maintenance melalui inspeksi rutin setiap hari," jelas Doni saat ditemui di PLTA Bengkok, Selasa (3/9/2024).

Selain inspeksi harian, PLTA Bengkok menjalani inspeksi umum setelah 24.000 hingga 30.000 jam operasi. Sementara itu, setiap 40.000 hingga 45.000 jam atau setiap 6-7 tahun, pembangkit ini menjalani overhaul total, di mana seluruh komponen diperiksa dan diperbaiki jika diperlukan.

Dengan langkah-langkah pemeliharaan yang ketat ini, PLTA Bengkok berhasil tetap prima, meskipun telah beroperasi selama lebih dari 100 tahun.

Doni juga menekankan bahwa biaya perawatan PLTA relatif lebih murah dibandingkan dengan pembangkit termal. Pembangkit termal memiliki putaran yang sangat tinggi sekitar 3.000 RPM, dan suhu yang panas.

Sementara di PLTA, putarannya hanya 750 RPM dengan temperatur yang dingin, sehingga biaya operasinya lebih rendah," tambahnya.

PLTA Bengkok memiliki empat unit pembangkit yang tersebar di dua lokasi. Di lokasi utama PLTA Bengkok, terdapat tiga unit pembangkit dengan kapasitas total 3 x 1.050 kilowatt (kW), sementara satu unit lainnya adalah PLTA Dago dengan kapasitas 700 kW.

Secara keseluruhan, pembangkit ini memiliki daya mampu pasok listrik bersih sebesar 3,85 Megawatt (MW), yang dihasilkan dari tiga turbin merek Escher Wyss di PLTA Bengkok dan satu turbin merk Strok & Co di PLTA Dago, didukung oleh generator merk General Electric (GE).

Keberlanjutan operasional PLTA Bengkok menunjukkan bahwa teknologi masa lalu masih mampu memberikan kontribusi nyata terhadap kebutuhan energi di Indonesia, terutama dalam hal pemanfaatan sumber daya lokal dan energi terbarukan.

PLTA Bengkok bukan hanya tentang listrik, tetapi juga sebuah museum hidup yang menyimpan jejak sejarah kelistrikan di Indonesia. Dari setiap mesin dan pipa yang beroperasi, hingga cerita-cerita yang bisa digali lebih dalam, PLTA Bengkok adalah bukti bahwa warisan sejarah dapat tetap hidup dan berfungsi, bahkan setelah satu abad berlalu.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular