
Jangan Kaget Ekonomi Kuartal III di Bawah 5%, Beban Warga RI Berat!

Jakarta, CNBC Indonesia - Menggunungnya masalah perekonomian masyarakat hingga memasuki paruh kedua tahun ini berpotensi menekan laju pertumbuhan ekonomi Kuartal III-2024.
Selain badai PHK di mana-mana, dan turun kastanya kelas menengah di Indonesia, laju ekonomi akhir tahun juga akan melempem disebabkan tak adanya faktor musiman yang mendorong konsumsi dalam negeri.
"Sehingga ada kemungkinan kuartal III ini yang paling menantang, bisa-bisa tumbuhnya di bawah 5%," kata Menteri Keuangan periode 2014-2016 Bambang Brodjonegoro dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, dikutip Kamis (17/10/2024).
Pemutusan hubungan kerja per September 2024 berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan memang telah membengkak, menjadi 52.993 tenaga kerja di Indonesia, naik 25,3% dari periode September 2023 di 42.277 tenaga kerja. Dibanding Agustus 2024 dan naiknya 14,6% karena saat itu sebanyak 46.240 tenaga kerja yang ter-PHK.
Seiring badai PHK yang terus menerjang kelas pekerja di tanah air, jumlah kelas menengah menyusut pada tahun ini. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS Pada 2014, jumlah kelas menengah masih sebanyak 43,34 juta orang lalu pada 2019 menjadi 57,33 juta orang. Sementara itu, pada 2021 jumlahnya merosot menjadi sebesar 53,83 juta orang, sedangkan pada 2024 sudah tersisa 47,85 juta orang.
Golongan kelas menengah yang merosot itu masuk ke golongan kelas menengah rentan dan golongan kelas rentan miskin. Sebab, sejak masa pandemi dua golongan kelas itu mengalami peningkatan jumlah.
Pada 2019, jumlah kelas menengah rentan atau aspiring middle class sebanyak 128,85 juta, lalu pada 2021 menjadi 130,82 juta dan pada 2024 menjadi 137,50 juta. Sementara itu, jumlah kelas rentan miskin naik dari 54,97 juta orang, menjadi 58,32 juta orang, dan pada 2024 menjadi 67,69 juta orang.
Kelas menengah ini bahkan tercatat tidak naik kelas menjadi kelas atas, sebab kelas atas hanya naik dari 2019 sebanyak 1,02 juta orang menjadi 1,07 juta orang pada 2021, dan pada 2024 masih sebanyak 1,07 juta orang. Sedangkan kelas miskin terus turun dari 25,14 juta, menjadi 27,54 juta, dan pada 2024 menjadi 25,22 juta.
Bambang mengatakan, permasalahan itu diperburuk dengan tingginya beban biaya hidup beberapa bulan terakhir, tatkala angka inflasi bahan pangan tembus di atas 9%. Kondisi itu membuat daya beli masyarakat kian melemah hingga kini muncul deflasi 5 bulan beruntun.
"Jadi saya melihat di sini ada kombinasi dari melemahnya income dari kelas menengah, serta meningkatnya kebutuhan untuk sehari-hari," kata Bambang yang juga sempat menjadi Menteri PPN/Kepala Bappenas periode 2016-2019.
Oleh sebab itu, Bambang menganggap, kuartal III-2024 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di level bawah 5%, merosot dari laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2024 yang sebesar 5,11% dan kuartal II-2024 dengan laju 5,05%.
"Jadi kuartal III ini yang paling berat, karena pemilu sudah selesai, kemudian ditambah dengan tidak ada juga kegiatan hari raya keagamaan yang besar," ucap Bambang.
Kendati begitu, Bambang meyakini pertumbuhan keseluruhan tahun ini masih akan mampu terjaga di kisaran atas 5%, karena pada kuartal IV-2024 masih ada faktor musiman yang mendorong konsumsi masyarakat, seperti Pilkada serentak, dan perayaan Natal maupun Tahun Baru.
"Pasti akan memberikan dampak pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga sendiri, yang juga biasanya ikut membantu mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Jadi kalau dilihat secara umum, paling tidak 5% itu masih mungkin tercapai untuk 2024," tegas Menteri Riset dan Teknologi periode 2019-2021 itu.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Ekonomi RI Oke Tapi PHK di Mana-Mana, Kok Bisa?