
Di Depan Pejabat-Pengusaha Tambang & Energi, Jokowi Titip 3 Pesan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menitipkan tiga pesan penting untuk keberlanjutan sektor pertambangan dan energi di dalam negeri. Hal itu dia sampaikan di hadapan pada pejabat dan pegawai Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) beserta para pelaku badan usaha di sektor terkait dalam acara Malam Puncak HUT ke-79 Pertambangan dan Energi di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Kamis (10/10/2024) malam.
Hilirisasi
Jokowi memberikan pesan perihal program 'kebanggaan'-nya yakni program hilirisasi atau pengolahan dan pemurnian khususnya pada sektor pertambangan dalam negeri. Ia meminta program tersebut terus dijalankan, karena memberikan nilai tambah bagi negeri.
Dia juga menekankan jangan sampai nilai tambah tersebut justru dinikmati oleh negara lain.
"Kita sudah 400 tahun lebih mengirim barang-barang mentah, raw material kita ke luar negeri. Yang kaya (negara) mereka, yang jadi negara maju mereka, kita tidak bisa melompat. Inilah yang sering saya sampaikan pentingnya hilirisasi, industrial downstreaming penting sekali, jangan ada yang mundur untuk satu masalah ini dengan alasan apapun," kata Jokowi, dikutip Jumat (11/10/2024).
Dia mencontohkan, ada beberapa perusahaan pertambangan di Tanah Air, salah satunya PT Freeport Indonesia (PTFI) yang sebelumnya terhitung selama 50 tahun lebih mengeruk kekayaan alam Indonesia dan melakukan proses pengolahan di luar negeri sebelum akhirnya membangun smelter tembaga di Indonesia.
"Newmont, Amman, 900 ribu ton konsentrat tembaga yang sekian tahun juga diolah di luar," bebernya.
Dengan begitu, langkah pemerintah untuk melakukan program hilirisasi mineral dalam negeri dinilai berhasil membuat Indonesia memperoleh nilai tambah untuk dalam negeri.
Bahkan, Jokowi mengatakan pada 2022, Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari ESDM tembus Rp 348 triliun. Lalu pada 2023 mencapai Rp 229 triliun.
"Harus dibangun di sini smelternya, dibangun di sini industrinya, beserta turun-turunannya. Memang baru masuk smelter, sehingga industri turunan harus didorong," tegasnya.
Genjot produksi minyak
Kedua, Jokowi berpesan agar produksi (lifting) minyak mentah dalam negeri harus ditingkatkan. Sebab saat ini lifting minyak mentah dalam negeri terus menurun dari tahun ke tahun. Jokowi menegaskan kondisi tersebut harus segera diatasi dengan menggenjot produksi minyak RI.
"Jangan sampai lifting minyak kita biarkan turun, seliter pun gak boleh, harus naik. Setiap tahun harus naik," tegasnya.
Bukan hanya mengurangi pemenuhan pasokan minyak mentah dalam negeri, Jokowi mengungkapkan turunnya lifting minyak RI yang terjadi saat ini juga akan berdampak serius pada keuangan negara bahkan diklaim hingga ratusan triliun Rupiah.
"Saya baru tadi siang juga terima (dari) Menkeu, 'Pak lifting minyak kita ini gak boleh dibiarkan turun terus begini karena kalau kita hitung kelihatannya kecil turun 100 turun 50 turun, tapi kalau dihitung ke uang impor minyak gas kita ratusan triliun artinya devisa kita hilang'," kata Jokowi.
Oleh sebab itu, Jokowi pun meminta agar sumur-sumur minyak yang ada dapat dioptimalkan untuk meningkatkan produktivitas.
Ia juga menekankan pentingnya berbagai pendekatan untuk mengatasi masalah ini, baik melalui BUMN seperti Pertamina, kerja sama dengan sektor swasta, maupun perusahaan asing.
"Entah itu dikerjain sendiri BUMN Pertamina, entah itu kerja sama dengan sektor swasta, entah itu dikerjain perusahaan asing, semuanya dilakukan," tambahnya.
Deregulasi
Terakhir, Jokowi berpesan agar Indonesia menjadi negara yang ramah dengan investasi yang datang. Salah satunya dengan mempercepat proses perizinan.
"Jangan memakan waktu lama, berputar-putar dari satu meja ke meja tiga, meja empat, lima. Harus mulai disederhanakan," kata dia.
Menurut Jokowi, investasi yang datang ke Indonesia akan membuka kesempatan kerja yang besar. Selain itu, akan memudahkan eksplorasi sehingga lifting minyak dan gas bisa naik.
"Tanpa penyederhanaan izin, tanpa membuat sample regulasi yang kita mliki, sangat sulit kita bersaing dengan negara-negara lain karena sekali lagi saya sampaikan, ke depan negara yang cepat akan kalahkan negara lambat. Bukan negara besar kalahkan negara kecil. Bukan negara kaya kalahkan negara berkembang. Tapi negara cepat akan mengalahkan yang lambat," tutupnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Perubahan, Jokowi Sebut Dunia Beralih ke Sektor Hijau