Pabrik Tembaga Raksasa Ini Bisa Membuka Jalan Industrialisasi di RI

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
10 October 2024 20:50
Smelter tembaga PT Freeport Indonesia di KEK JIIPE, Gresik, Jawa Timur. (Doc PT Freeport Indonesia)
Foto: Smelter tembaga PT Freeport Indonesia di KEK JIIPE, Gresik, Jawa Timur. (Doc PT Freeport Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia (PTFI) mengungkapkan berbagai industri dalam negeri bisa tumbuh dengan pasokan katoda tembaga yang dihasilkan dari fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga milik perusahaan.

Hal itu menyusul terbangunnya smelter tembaga kedua milik PTFI di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur.

Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan, produksi katoda tembaga PTFI secara keseluruhan, termasuk dari smelter pertamanya yang dikelola PT Smelting, terakumulasi akan mencapai 1 juta ton katoda tembaga per tahun.

"Sekarang ini PT Smelting yang sudah menghasilkan katoda tembaga kira-kira 330 ribu ton per tahun itu sekitar 200 ribu dikonsumsi dalam negeri sisanya masih diekspor, 130 ribu ton. Jadi kalau saat sekarang dengan kondisi yang sama seperti sekarang kalau kita produksi (smelter kedua PTFI) 600 ribu itu kemungkinan besar semuanya diekspor. Sehingga memang diharapkan industri-industrinya muncul, industri yang lebih hilir lagi," kata Tony kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Kamis (10/10/2024).

Dia mengatakan, produksi katoda tembaga dari kedua smelter PTFI tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk memasok kebutuhan katoda tembaga untuk komponen pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan, seperti tenaga surya hingga tenaga air.

"1 juta ton katoda tembaga ini bisa dipakai untuk pembangunan solar panel itu 200 Giga Watt (GW). Untuk membangun wind farm (PLTB/Angin) itu 600 GW dalam setahun loh. Dan kalau untuk membangun PLT air itu bisa 800 GW. Jadi keberadaan dari tersedianya katoda tembaga di dalam negeri ini bisa dimanfaatkan. Itu banyak sekali kebutuhan," jelasnya.

Tak hanya itu, katoda tembaga yang dihasilkan oleh pihaknya ini juga bisa menumbuhkan ekosistem baterai kendaraan listrik di Tanah Air.

"Inilah akhirnya salah satunya adalah ekosistem baterai kendaraan listrik ya," ujarnya.

Dengan begitu, Tony berharap dengan pasokan katoda tembaga yang bisa dihasilkan oleh perusahaannya dari kedua smelter tersebut bisa menumbuhkan berbagai industri yang lebih hilir di dalam negeri.

"Sehingga memang kami berharap bahwa betul-betul industri atau industri yang lebih hilir lagi bisa masuk ke Indonesia dengan memanfaatkan katoda tembaga yang kami produksi," tandasnya.

Seperti diketahui, smelter single line terbesar di dunia ini memiliki kapasitas pemurnian hingga 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Ditambah dengan smelter pertama yang sudah beroperasi yaitu PT Smelting, keduanya akan memurnikan 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun dengan produksi sekitar 1 juta ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 220 ton perak per tahun.

Nilai investasi kumulatif untuk proyek yang menempati lahan 104 hektar ini mencapai US$ 3,7 miliar atau setara Rp 58 triliun.

Smelter PTFI ini juga telah mendapatkan pembeli atau off taker yang akan menyerap 100 ribu ton katoda tembaga per tahun. Adapun pembeli tersebut yakni PT Hailiang Group yang merupakan tetangga mereka di JIIPE, Gresik.

Sementara untuk produksi emas, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dikatakan berkomitmen untuk mengambil 20 ton emas.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pabrik Tembaga Freeport Ditargetkan Beroperasi 40% di Juli 2025

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular