Bukti Baru Korupsi Timah Bawa Petaka-Hantam Babel, PHK Meledak 3.918%

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
10 October 2024 11:50
Bangka Belitung. (Dok. Detikcom/Deni Wahyono)
Foto: Bangka Belitung. (Dok. Detikcom/Deni Wahyono)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Bangka Belitung (Babel) tengah hancur akibat efek domino kasus korupsi timah yang berujung pada kebijakan tata kelola tambang timah. Masyarakat Babel dilaporkan banyak yang mengalami kehilangan pendapatan dari tambang timah sejak kasus ini mencuat.

Belum lagi, menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja (Kadisnaker) Babel Elius Gani, sejumlah perusahaan sawit yang kepemilikannya terkait dengan pemilik timah ditutup dan rekeningnya diblokir. Akibatnya sejumlah perusahaan kesulitan membayar hak karyawan dan banyak pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Bahkan, hingga saat ini, PHK di Babel dilaporkan "meledak" sampai 3.918,42%.

"Kalau dibandingkan dengan angka tahun lalu ada 38 pekerja yang di-PHK. Saat ini 1.527 orang kena PHK. Maka ada lonjakan signifikan karena adanya perusahaan smelter yang tutup sebagai akibat dari penertiban tata kelola timah," sebut Elius Gani, Kamis (10/10/2024).

Ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2024 terhadap triwulan II-2023 (y-on-y) tumbuh sebesar 1,03 persen, melambat dibandingkan capaian triwulan II-2023 yang tumbuh sebesar 5,13 persen. Indikator ekonomi salah satu indikator yang menunjang peluang kerja. Elius menyebut peluang kerja tidak banyak yang bisa ditawarkan.

"Untuk sektor timah ada 6 smelter yang ditutup, termasuk juga ada beberapa perusahaan yang terafiliasi dengan smelter itu, di luar smelter ada 8, total 14 usaha yang ditutup. Pekerja terkena PHK ada sebanyak 1.372 orang," kata Elius.

Kalangan pelaku usaha menilai tata kelola timah harus dikembangkan dengan baik, karenanya harus ada tindakan nyata agar masalah tata niaga bisa lebih jelas dana man buat penambang.

"Penurunan kinerja ekspor selain dampak dari pengusutan tindak pidana korupsi timah juga diakibatkan sedikitnya RKAB (Rencana Kerja dan Anggaran Biaya) yang disetujui. Akibatnya realisasi RKAB tidak maksimal. Dan ekonomi Babel pun melambat. 80 persen ekspor Babel berasal dari timah, sedangkan 60 persen ekonomi Babel digerakkan oleh perdagangan timah," papar Ketua Harian Asosiasi Ekspor Timah Indonesia (AETI) Eka Mulya Putra.

Akibatnya daya beli ambruk karena masyarakat tidak memiliki uang cukup untuk berbelanja. Sektor ritel sebagai penanda daya beli juga mengalami kinerja yang melemah.

"Di Bangka lagi turun karena di wilayah yang mengandalkan sumber daya alam, ketika industrinya lagi turun ya ikutan turun juga perekonomiannya," kata Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) Budihardjo Iduansjah.

Pola yang sama terjadi di wilayah lain yang juga mengandalkan sumber daya alam untuk hidup, yakni seperti Kalimantan dan wilayah lainnya.

"Kayak Kalimantan saat batu bara bagus penjualan bagus, jadi daerah tertentu seperti Babel dengan timah, Kalimantan dengan batubara dan Makassar kalau panen kopi, pala itu penjualan naik, jadi itu memang ngikutin pendapatan hasil jualan bumi," bebernya.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Buntut Korupsi Gede-gedean di Timah, Ribuan Karyawan di Babel Kena PHK

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular