Negara Mayoritas Muslim Ini Jadi 'Pelindung Israel'
Jakarta, CNBC Indonesia - Negara mayoritas muslim ini ternyata menjadi 'pelindung Israel'. Hal ini setidaknya terjadi awal Oktober lalu, saat Iran melancarkan serangan besar-besaran ke Israel.
Negara tersebut adalah Yordania. Dilaporkan bagaimana pemerintahnya mengonfirmasi pasukan kerajaan telah menjatuhkan beberapa dari 200 rudal Iran yang menargetkan Israel dalam peristiwa 1 Oktober itu.
"Angkatan Udara Kerajaan Yordania dan sistem pertahanan udara menanggapi sejumlah rudal dan pesawat nirawak yang memasuki wilayah udara Yordania," demikian bunyi pernyataan tersebut dimuat Middle East Monitor, dikutip Rabu (9/10/2024).
Pejabat Yordania bersikeras bahwa keterlibatan kerajaan benar. Ini, tegasnya, adalah masalah pertahanan diri dan melindungi kedaulatannya.
"Posisi Yordania jelas dan permanen bahwa negara itu tidak akan menjadi arena konflik bagi pihak mana pun," kata juru bicara pemerintah dan menteri negara untuk urusan media, Mohammad al-Momani, dalam sebuah pernyataan.
"Melindungi warga Yordania adalah tanggung jawab utama kerajaan," ujarnya.
Namun setelahnya banjir kritik muncul ke pemerintah. Yordania selama ini dikenal sebagai negara dengan populasi pengungsi Palestina tertinggi.
"Jika Yordania didahulukan, mengapa negara itu terseret ke dalam konfrontasi yang bukan urusannya sendiri?" kata seorang warga negara Yordania, Iyad al-Rantsis.
"Mengapa warga negara Yordania harus menghadapi bahaya demi Zionis dan keamanan serta keselamatan mereka?" tambahnya.
"Lebih dari itu, mengapa Yordania menghabiskan kekuatan dan ekonominya dengan menembak jatuh rudal yang tidak ditujukan kepadanya?" ujarnya lagi.
Sikap pemerintah juga dilihat sebagai "sekutu dan pelindung Israel". Ini tampaknya juga membuat marah sejumlah politisi di negara itu.
"Apa yang kita saksikan kemarin adalah kontradiksi dalam posisi," kata anggota Partai Persatuan Demokratik (Wehda), Mohammed al-Absi.
"Ada sentimen populer yang bersukacita atas rudal Iran yang menyerang entitas Zionis [Israel]. Namun, menembak jatuh rudal Iran tidak sejalan dengan posisi populer yang mendukung perlawanan di Palestina dan Lebanon," ujarnya lagi.
"Apa yang terjadi dengan jatuhnya rudal itu sangat disayangkan, baik itu ditembak jatuh oleh pertahanan udara Yordania atau asing. Rudal-rudal ini tidak menargetkan Yordania, jadi mengapa kita menembak jatuh mereka?" tambahnya.
Bantuan AS
Sementara itu, seorang analis dan komentator urusan Timur Tengah dan Palestina, Lamis Andoni, menggaitkan ini dengan penerima bantuan dari Amerika Serikat (AS). Yordania secara rutin bekerja sama dengan Washington dan diyakini dipaksa untuk ikut campur tangan, di mana pemerintah beroperasi di bawah tekanan Amerika.
"Pemerintah Yordania menganggap lintasan rudal dan pesawat nirawak di wilayahnya sebagai pelanggaran kedaulatannya, tetapi pada saat yang sama, tidak menganggap pesawat Israel dan Amerika yang menembus wilayah udaranya untuk menyerang negara Arab atau Iran sebagai pelanggaran kedaulatannya," katanya.
"Amerika bertujuan untuk menyeret Yordania ke dalam partisipasi penuh dalam membela Israel dalam aliansi barat. Ini secara resmi telah menarik Yordania untuk membela Israel," tambahnya lagi.
Sebelumnya Iran menembak ratusan rudal ke Israel sebagai balasan atas pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, di Teheran, Juli, dan Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah akhir September. Video menunjukkan rudal-rudal menghantam beberapa bagian Israel, dengan satu rudal tampak meledak di sekitar markas Mossad di pinggiran utara Tel Aviv.
Sejumlah lokasi serangan juga diidentifikasi di seluruh Israel bagian tengah meski sensor militer Israel telah melarang media lokal dan internasional untuk menerbitkan rincian lokasi pasti yang menjadi sasaran. Israel sendiri telah mengancam akan membalas serangan Iran segera.
(sef/sef)