
Mantan Bos Hamas Umumkan Kemenangan atas Israel, Begini Pidatonya

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan pemimpin milisi Palestina Hamas, Khaled Mashaal, kembali buka suara atas kondisi Jalur Gaza saat ini di tengah serangan Israel ke wilayah tersebut. Hal ini diungkapkan pada sebuah pidato, Senin (7/10/2024).
Mengutip Arab News, dalam pidato itu, Mashaal mengatakan serangan 7 Oktober terjadi karena semua cakrawala politik dengan Israel tertutup. Ia juga berterima kasih kepada Hizbullah, Houthi, dan Iran karena mendukung Hamas dan meminta negara-negara Arab untuk memberikan dukungan finansial kepada Gaza.
Mashaal menyebutkan bahwa Israel membuka front perang di Lebanon setelah gagal mencapai tujuannya di Gaza. Ia kemudian mengklaim bahwa Israel berkonspirasi melawan Yordania dan Mesir.
"Israel kalah meskipun telah mencapai prestasi melawan Iran dan Hizbullah. Kami meminta warga Gaza untuk tidak putus asa dan menjanjikan kemenangan segera," ujarnya.
Mashaal kemudian menegaskan bahwa apa yang terjadi di Gaza adalah mirip dengan Holocaust. Diketahui, ini merupakan peristiwa pembantaian umat Yahudi di wilayah Eropa pada Perang Dunia II.
Selama setahun terakhir di Gaza, lebih dari 40.000 orang, termasuk lebih dari 10.000 anak-anak, telah terbunuh oleh pasukan Israel. Diketahui, Israel melontarkan serangan atas dasar penyerangan yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober silam.
Sementara itu, Penasihat Presiden Palestina Mahmoud Al-Habash mengatakan pernyataan Mashaal adalah slogan kosong tanpa arti apa-apa. Ia menyebut bahwa saat ini Hamas dan otoritas Palestina terus bersatu.
"Kemenangan sejati adalah melindungi rakyat kita. Hamas seharusnya bergerak menuju persatuan dengan otoritas Palestina," tuturnya.
Di seluruh dunia, orang-orang turun ke jalan untuk memprotes serangan militer Israel yang mematikan di Gaza dan Lebanon. Para demonstran menyatakan kemarahan terhadap agresi Israel dan menuntut diakhirinya perang di Gaza, menggambarkan situasi tersebut sebagai 'genosida', dan menyerukan dunia untuk bertindak.
Protes semacam ini telah terjadi dari Timur Tengah hingga Eropa, Amerika Serikat (AS), India, Pakistan, dan Asia Timur. Sejumlah aksi bahkan diinisiasi oleh kelompok akademik seperti kampus.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Israel Bersumpah Balas Dendam ke 3 Negara yang Akui Palestina
