Miris! Ekspor Sabut Kelapa RI Kalah 100 Kali Lipat dari India

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
30 September 2024 19:10
Sabut kelapa. (Dok. detikcom)
Foto: Sabut kelapa. (Dok. detikcom)

Jakarta, CNBC Indonesia - Potensi industri sabut kelapa Indonesia meski bernilai tinggi ternyata masih kurang dimanfaatkan di Tanah Air. Bahkan, nilai ekspor hasil industri sabut kelapa nasional masih tertinggal jauh dari India dan Sri Lanka.

Ketua Umum Himpunan Sabut Kelapa Indonesia (HIPSKI) Cepi Mangkubumi menyebut industri sabut kelapa nasional saat ini masih banyak digarap oleh pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM. Sehingga, ketika ada permintaan pasar yang tinggi mereka belum mampu memenuhi seluruh pesanannya.

"Harganya juga masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan India dan Sri Lanka," kata Cepi dalam acara Peluncuran Peta Jalan Hilirisasi Kelapa di Kantor Bappenas, Jakarta, Senin (30/9/2024).

Dia pun membeberkan capaian nilai ekspor produk sabut kelapa Indonesia tahun 2023 yang hanya mencapai US$ 4 juta. Angka tersebut jauh lebih rendah dibanding nilai ekspor India yang sebesar US$ 400 juta, dan Sri Lanka sebesar US$ 170 juta. Artinya, Indonesia kalah 100 kali lipat dibanding India.

Menurutnya, hal itu terjadi karena industri sabut kelapa Indonesia masih terkendala dengan teknologi produksi yang tertinggal jauh dari negara kompetitor. Selain itu, daya saing yang rendah dan akses pasar yang masih terbatas juga menjadi kendala industri sabut kelapa Indonesia kalah dari India dan Sri Lanka.

"Pasar utama kita itu masih bergantung di China, maka ini memang perlu marketnya dicarikan alternatif," ujarnya.

Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI) mencatat, pada tahun 2023 produksi kelapa nasional diestimasi berada di level 15,13 miliar butir kelapa. Jumlah produksi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara kelima terbesar penghasil kelapa dunia. 

Amrizal mengatakan, ada sekitar 9,1 miliar butir kelapa atau 60% dari 15,13 miliar butir produksi kelapa nasional sudah dimanfaatkan oleh industri dalam negeri. Dari total 9,1 miliar butir kelapa yang dilakukan downstream, sekitar 7,1 miliar butir kelapa dikonversi menjadi kopra, atau daging buah kelapa yang dikeringkan.

Raksasa Tidur

Sebelumnya, Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Bidang Pembangunan Sektor Unggulan dan Infrastruktur, Leonardo AA Teguh Sambodo mengatakan kelapa menjadi komoditas 'raksasa tidur' yang ingin dibangunkan pemerintah Indonesia, lantaran potensinya yang besar. Karena, katanya, selama ini potensi ekspor kelapa terbuang begitu saja.

Melansir Detik, potensi ekspor dari buah kelapa sendiri diketahui mencapai Rp89,8 triliun. Nilai itu merupakan gabungan dari potensi ekspor beberapa bagian dari kelapa misalnya air kelapa US$ 5,25 miliar setara Rp 79,4 triliun, sabut kelapa US$ 320 juta setara Rp 4,8 triliun dan tempurung kelapa US$ 373 juta setara Rp 5,6 triliun. Maka jumlah potensi kelapa mencapai Rp 89,8 triliun.

"Itu potensi yang terbuang, sehingga dengan membangunkan raksasa tidur ini, sebenarnya kita ingin memanfaatkan potensi-potensinya," kata Leonardo dalam media briefing di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (27/9/2024), dikutip dari detik.com.

Ia mengakui,  tata niaga kelapa saat ini masih belum ada, sehingga banyak ekspor buah kelapa bulat yang tidak tercatat. Ekspor buah kelapa bulat ini diketahui mencapai 756,98 juta dengan nilai pajak yang diterima negara nihil alias 0%.

"Ekspor kelapa bulat ini di musim-musim tertentu ini mengganggu stabilitas dari pasokan untuk industri-industri yang sudah ada," ucapnya.

Akibat ekspor buah kelapa yang tidak terkendali, industri dalam negeri yang memerlukan komoditas itu terganggu. Contohnya produksi nata de coco.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Bangga RI Juara 2 Produsen Kelapa Dunia, Ekspor Tembus Rp25,1 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular