Buka-Bukaan, CEO PIS Bicara Tantangan Perdagangan Karbon di Gastech

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
Jumat, 27/09/2024 16:14 WIB
Foto: CEO Pertamina International Shipping Yoki Firnandi dengan Managing Director of NYK Group Europe Norway, Anders Lepsoe dalam dalam Gastech 2024, sebuah pameran dan konferensi energi terbesar dalam skala global. (CNBC Indonsia)

Jakarta, CNBC Indonesia - CEO PT Pertamina International Shipping (PIS) Yoki Firnandi menyebut bahwa industri pelayaran memiliki tantangan besar terkait karbonisasi.

Untuk itu, sebagai perusahaan pelayaran energi yang mengoperasikan 320 kapal diseluruh dunia, PIS menganggap bahwa perdagangan karbon saat ini jadi spesial.

"Saya pikir industri pelayaran memiliki pekerjaan rumah yang sangat besar untuk karbonisasi, terutama menuju Net Zero Emission 2050," jelas Yoki di saat sela-sela gelaran Gastech 2024, di Amerika Serikat, beberapa waktu lalu.


Meski masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah terkait perdagangan karbon, Yoki memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil oleh PIS saat ini sudah tepat.

Yoki optimistis bahwa untuk mencapai dekarbonisasi diperlukan upaya yang kolaboratif dan juga inovasi untuk mempercepat semua kemajuan dalam organisasi pelayaran.

"Kami tahu ada regulasi yang sudah ditetapkan, selain itu kami juga berusaha untuk memanfaatkan teknologi agar bisa lebih efisien dalam hal konsumsi bahan bakar polusi melalui pembersihan, propulsi yang efektif, teknologi baru dalam hidrodinamika, dan juga sistem pembaruan armada, semuanya sudah dilakukan," tegas Yoki.

Sayangnya dengan semua efisiensi tersebut, pengurangan emisi yang bisa didapatkan saat ini masih 10%. Karena untuk bisa mencapai 70% hingga 80% bisa didapatkan dengan penggunaan bahan bakar alternatif. Terlebih di industri pelayaran saat ini masih terjadi kegalauan terkait penggunaan bahan bakar hijau mana yang harus dipilih.

"Apakah biofuel metanol atau hidrogen dan amonia? Beberapa perusahaan besar sudah mulai membuat keputusan. Namun sekali lagi, ini tantangan bagi kita," rinci Yoki.

Apalagi untuk pengiriman karbon, harga juga akan makin mahal karena pembeli harus membayar 20% hingga 50% lebih tinggi.

Direktur Eksekutif Dewan HIF Global, Meg Gentle mengatakan, saat ini sendiri banyak hambatan di sektor maritim dalam menciptakan infrastruktur yang dapat menerima bahan bakar elektronik. Apalagi, saat ini di HIF Global ada setidaknya 300 kapal dengan bahan bakar ganda, metanol, dan bahan bakar biasa.

"Kami melihat bahwa ada pengiriman pelanggan yang bersedia membayar premi untuk pengiriman yang didekarbonisasi secara sukarela. Jadi ekosistemnya sedang berjalan, saat ini saya rasa di Singapura, ada lebih banyak kapasitas untuk pengisian bahan bakar metanol daripada untuk pengisian bahan bakar LNG," jelas dia.

Gentle juga menjelaskan kemampuan jarak dekat untuk menyediakan layanan pengisian bahan bakar metanol sedang berjalan. HIF tengah melakukan proyek komersial terbesar di Texas, 1,4 juta ton metanol hijau yang sedang dikerjakan dan berharap bisa mengejar pasokan CO2 dan juga penyerapannya.


(dpu/dpu)
Saksikan video di bawah ini:

Video:Komitmen Pertamina International Shipping Wujudkan Dekarbonisasi