Dunia Masih Andalkan BBM Sampai 2035, Nasib Kendaraan Listrik Begini

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
19 September 2024 20:25
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam peresmian ekosistem baterai dan kendaraan listrik Korea Selatan di Indonesia, PT. Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat, 3 Juli 2024. (Dok: Biro Setpres RI)
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam peresmian ekosistem baterai dan kendaraan listrik Korea Selatan di Indonesia, PT. Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat, 3 Juli 2024. (Dok: Biro Setpres RI)

Solo, CNBC Indonesia - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartiko Wirjoatmodjo mengungkapkan bahan bakar minyak yang berasal dari energi fosil masih menjadi andalan dunia sampai 2035.

Akibatnya, tren peralihan konsumen untuk menggunakan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) ia perkirakan masih akan berjalan lambat.

"Dalam berbagai diskusi di dunia memang ternyata fossil fuel masih akan meningkat 5 tahun ke depan bahkan sampai ke 2035," kata pria yang akrab disapa Tiko itu dalam acara Seminar Nasional 2024 Kongres XXII ISEI di Solo, Jawa Tengah, Kamis (19/9/2024).

"Jadi berbagai prediksi menunjukkan bahwa penggunaan bahan bakar minyak ternyata masih meningkat, dan transisi ke EV akan lebih lambat," tegasnya.

Pelanggan sedang melakukan pengisian daya di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang berlokasi di Kantor PLN Unit Induk Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. (Dok. PT PLN (Persero))Foto: Pelanggan sedang melakukan pengisian daya di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang berlokasi di Kantor PLN Unit Induk Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. (Dok. PT PLN (Persero))
Pelanggan sedang melakukan pengisian daya di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang berlokasi di Kantor PLN Unit Induk Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. (Dok. PT PLN (Persero))

Akibat hal itu, Tiko mengatakan, pemerintah Indonesia juga ke depan akan melakukan penyesuaian lagi untuk merancang program ketahanan energi di Pertamina, salah satunya untuk mengurangi ketergantungan minyak impor yang turut mengganggu neraca berjalan Indonesia.

"Karena kita setahun bisa impor crude sebesar US$ 24 miliar. Maka kita ada porgram peningkatan produksi jangka menengah, ini tugas dari Pak Menteri ESDM untuk memberikan insentif fiskal dan sebagainya," ucap Tiko.

Dengan adanya penyesuaian program ketahanan energi melalui Pertamina itu, Tiko menegaskan pemerintah berharap produksi minyak Pertamina meningkat dari 740 ribu barel per hari, baik di dalam maupun luar negeri, bisa menjadi 900 ribu barel per hari pada 2029.

"Sehingga diharapkan ketergantungan kita pada impor crude semakin terbatas, dan diharapkan juga mengurangi kebutuhan devisa untuk membiayai impor crude," ucap Tiko.


(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jumlah Motor di RI 50% Penduduk, Menteri ESDM: 49% BBM di Transportasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular