Fakta-Fakta Pabrik Quantum Bangkrut, Pedagang-Pekerja & Netizen Bicara

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
11 September 2024 09:40
Pabrik Kompor Quantum. (Tangkapan Layar Website; Quantum Indonesia)
Foto: Pabrik Kompor Quantum. (Tangkapan Layar Website; Quantum Indonesia)
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengadilan Niaga, Pengadilan Negeri, Jakarta Pusat pada 22 Juli 2024 telah resmi menyatakan PT Aditec Cakrawiyasa pailit.

Perusahaan yang beralamat Jalan Raya Serang, KM 15, Desa Talagasari, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang itu adalah produsen kompor gas, regulator dan selang dengan merek Quantum.

Direktur PT Aditec Cakrawiyasa Iwan Budi Buana mengaku, perusahaan tengah mencoba untuk bertahan di tengah kesulitan yang terjadi selama beberapa tahun terakhir. Namun, tunggakan utang yang mencapai ratusan miliar rupiah membuat perusahaan tidak bisa berbuat banyak selain harus pailit.

Lalu bagaimana sebenarnya kondisi perusahaan hingga harus dinyatakan pailit? Bagaimana dengan nasib karyawan?

Pengakuan Bos Quantum: Utang Menumpuk

Saat ditemui CNBC Indonesia di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (9/9/2024), Direktur PT Aditec Cakrawiyasa Iwan Budi Buana pun buka suara. Dia menceritakan alasan di balik perusahaan sampai dinyatakan pailit oleh pengadilan.

Iwan mengungkapkan penyebab dari ambruknya perusahaan bukan terjadi serta-merta, melainkan lewat proses yang sudah lama seiring dengan menurunnya penjualan.

Hanya saja, ujarnya, tunggakan utang semakin menumpuk hingga ratusan miliar rupiah. Kemudian perusahaan melalui proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di tahun 2019. Namun tetap tak mampu menolong perusahaan.

"Kita coba jalan pasca-Covid, tapi jualan agak drop, sedangkan fixed cost naik. 2019, karyawan kita mau di-PHK tapi susah bayar pesangon. Makin lama makin susah kita juga. Penjualan nggak sesuai target, cost nggak seimbang, akhirnya kita nggak bisa bayar ke suplier pascapandemi," katanya, dikutip Rabu (11/9/2024).

"Pasca-PKPU ada beberapa suplier mengajukan pailit ke kita, kita sudah beberapa kali PKPU, tapi yang sekarang ini nggak bisa nahan lagi," tambah Iwan.

Dia mengaku telah melakukan berbagai upaya negosiasi. Namun, apa daya, perusahaan tetap dipailitkan.

"Sekarang jadi pailit, padahal kita udah bertahan untuk nggak pailit. Gimana caranya karyawan masih bisa kerja. Tapi ternyata perusahaan dipailitkan, kita nggak bisa apa-apa. Kita coba bertahan terus, kita sudah nego ke mereka, mereka nggak mau, akhirnya pailit. Sebenarnya kita nggak mau pailit karena kita ada karyawan," ucap Iwan dengan mata berkaca-kaca.

Sejumlah kendaraan melintas di depan parik kompor gas Quantum di Kawasan Cikupa, Tangerang Banten, Selasa (10/9/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Foto: Sejumlah kendaraan melintas di depan parik kompor gas Quantum di Kawasan Cikupa, Tangerang Banten, Selasa (10/9/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Sejumlah kendaraan melintas di depan parik kompor gas Quantum di Kawasan Cikupa, Tangerang Banten, Selasa (10/9/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Quantum Pernah Punya 800 Karyawan, Lalu PHK & Pailit

Menurut Iwan, jumlah karyawan yang bekerja di pabrik ini sempat menyentuh 800 orang. Namun perlahan menyusut karena penjualan yang terus menurun.

"Dulu sampai 700-800, lalu turun ke 500-600 orang. Ekonomi lagi nggak bagus, daya beli juga turun, penjualan kita juga drop, cost biaya kita tinggi, bahan baku naik, akibat bahan baku naik, kita juga produksi nggak bisa tercapai dengan target," sebutnya.

"Fixed cost juga makin naik, produksi ngga bisa dapat, akhirnya kesulitan keuangan ngga bisa bayar ke suplier kan. Ini sudah lama sih kita jamin terus. Tapi karena kita sulit, kita sudah PKPU kan mereka ajukan pembatalan homologasi, ya udah," tutur Iwan.

Nasib 511 Karyawan Kena PHK

Akibat penurunan kinerja perusahaan, sebanyak 511 orang pekerja kini menanti kejelasan nasib.

Di kesempatan yang berbeda, Sekretaris Perwakilan Unit Kerja (PUK) Aditec Cakrawiyasa Serikat Pekerja Elektronik Elektrik (SPEE) FSPMI Supriyono mendapat informasi, tagihan kewajiban yang datang ke perusahaan jauh lebih besar dari total aset yang dimiliki perusahaan.

"Belum tentu dibayar haknya 100%, jumlah tagihan yang masuk kabarnya Rp 660 miliar, tapi asetnya Rp 100 miliar. Kekhawatiran kami asetnya jauh dari kewajiban sehingga harapan mendapat haknya semakin kecil," katanya.

Lebih lanjut, buruh tidak lagi menuntut haknya kepada perusahaan, melainkan semenjak pailit sudah tidak lagi berhubungan dengan manajemen karena langsung diambil alih kurator.

"Harapan kami proses pailit bisa segera selesai dan harapan full mendapat haknya," kata Supriyono.

Berdasar klaim buruh, berikut rincian kewajiban kepada buruh yang tertunggak:

Pertama, pembayaran upah tertunggak tahun 2018 dan 2019 sebesar Rp21.099.375.569 untuk 511 karyawan.

Kedua, pembayaran kekurangan upah periode 2019-2022 sebesar Rp3.942.750.768.

Ketiga, pembayaran kompensasi pesangon bagi 511 karyawan dengan total Rp22.795.510.420.

Sejumlah kendaraan melintas di depan parik kompor gas Quantum di Kawasan Cikupa, Tangerang Banten, Selasa (10/9/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Foto: Spanduk Sita Umum di depan parik kompor gas Quantum di Kawasan Cikupa, Tangerang Banten, Selasa (10/9/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Spanduk Sita Umum di depan parik kompor gas Quantum di Kawasan Cikupa, Tangerang Banten, Selasa (10/9/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Quantum, Kompor Legend Kini Kalah Saing

Pantauan CNBC Indonesia di pasar, Selasa (10/9/2024), penjualan kompor legendaris Quantum ternyata menyedihkan.

Berdasarkan pengakuan pedagang di beberapa toko di pasar Ciputat, kompor Quantum yang melegenda sejak tahun 1993 itu kalah tenar dibanding kompor lokal lain bahkan kompor impor.

"Quantum jarang ditanya sih, biasanya orang lebih nanya merk lain kaya Rinnai atau Miyako. Paling ada sesekali aja, makanya kita cuma stok kompor yang 1 tungku aja," kata pedagang dari toko Bintang Ciputat.

"Hock yang bagusan, kuningan apinya lebih lebar, lebih tebal apinya, agak gede. Kalau Quantum apinya agak kecil. Harganya Rp 465 ribu hock Medan punya. Rinnai terkenal, cuma sekarang barangnya ngga kaya dulu. Saya di rumah setahun lebih, saya pikir Rinnai bagus ternyata ada masalah kehitung baru," ungkapnya.

Sementara, salah satu pembeli Haryati yang datang ke toko juga tengah mencari kompor untuk keperluan dapurnya. Namun, Ia mengaku enggan fanatik hanya terhadap satu brand.

"Yang saya cari harganya masuk aja, cari yang murah tapi tahan lama. Kemarin mau beli online tapi kalau ngga langsung liat rasanya kurang ya," ujarnya.

Di sisi lain, kompor gas China juga kini ikut menambah persaingan bagi kompor Quantum. Dan, harga kompor impor China memang lebih murah. Sebagai perbandingan, harga kompor 2 tungku impor China tidak jauh berbeda dengan harga kompor 1 tungku produksi lokal.

"Yang impor dari China ada Tecstar bodynya udah stainless Rp 190 ribu, sementara ini yang paling murah, belum masuk regulator, baru kompor aja, kurangnya jadi Rp 170 ribu paling, ini udah 2 tungku ya" kata pedagang di toko Bangkit Pasar Ciputat.

Komentar Netizen

Kabar bangkrutnya pabrik kompor Quantum menarik perhatian, termasuk warganet (netizen). Hal itu terpantau dari komentar warganet di unggahan berita bangkrutnya pabrik Quantum di akun Instagram resmi CNBC Indonesia.

Menurut warganet, pabrik Quantum bangkrut karena memproduksi barang yang terlampau awet. Akibatnya, konsumen jadi jarang membeli.

"Akibat barang Quantum terlalu awet," tulis @/ahm**taufiik mengomentari unggahan berita PHK Pabrik Quantum di akun Instagram resmi CNBC Indonesia.

"Anda membuat barang yang kualitasnya terlampau awet pak, jd jarang beli ulang,,, semoga ada solusi yg baik untuk karyawan setelah PKPU Pailit," tulis catur_priyanto92.

Komentar netizen dengan unggahan Curhat Bos Kompor Quantum Tahan Tangis. (Instagram @cnbcindonesia)Foto: Komentar netizen dengan unggahan Curhat Bos Kompor Quantum Tahan Tangis. (Instagram @cnbcindonesia)
Komentar netizen dengan unggahan Curhat Bos Kompor Quantum Tahan Tangis. (Instagram @cnbcindonesia)

Quantum Pailit, Aset Pribadi-Pesantren Disita

Putusan pailit atas perusahaan ternyata bukan hanya berakibat pada pelelangan pabrik yang menjadi aset perusahaan. Namun juga merembet kepada aset lain di luar industri seperti rumah dan bangunan pesantren.

PT Aditec Cakrawiyasa diketahui memiliki Pesantren Quantum IDEA, sebuah lembaga pendidikan agama Islam di bawah naungan Yayasan Quantum IDEA disertai pendidikan Madrasah Aliyah (MA). Lokasi pesantren ini berada di Jatisampurna, Bekasi.

"Tanahnya dijaminin semuanya, enggak cuma pabrik, kan pailit, all grup... Kalau pailit ya dijual pesantren, sekolahnya," ungkap Iwan.

Pembina yayasannya ialah Rawono Sosrodimulyo yang merupakan pendiri pabrik kompor Quantum. Nama tenar lain yang masuk ke dalam jajaran Anggota Kehormatan Pembina Yayasan ialah Hilmi Panigoro.

Yang tidak kalah menyedihkan, nilai utang perusahaan ditaksir mencapai Rp 660 miliar, sedangkan nilai aset hanya sekitar Rp 100 miliar. Direksi juga harus bersiap melepas aset pribadinya jika nilai aset yang dimiliki perusahaan tidak mencukupi.

"Termasuk rumah-rumah pribadi yang bukan tunggakan," kata Iwan.

Ia mengaku belum menyampaikan masalah ini kepada Kementerian Perindustrian. Namun perlu ada bantuan bagi industri yang sudah berkontribusi selama 30 tahun atau sejak 1993 ini agar bisa hidup atau menyelesaikan masalahnya.

Saat ini ia tidak bisa berbuat banyak karena aset yang dimiliki perusahaan sudah menjadi kewenangan kurator.

"Saya sudah enggak punya kewenangan apa-apa lagi sekarang," ujarnya.

Direktur PT Aditec Cakrawiyasa (produsen kompor Quantum) Iwan Budi Buana. (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)Foto: Direktur PT Aditec Cakrawiyasa (produsen kompor Quantum) Iwan Budi Buana. (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)
Direktur PT Aditec Cakrawiyasa (produsen kompor Quantum) Iwan Budi Buana. (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Curhat Bos Kompor Quantum Tahan Tangis: Jualan Drop-Daya Beli Turun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular