Internasional

Arab Saudi Buka Hubungan Resmi dengan Israel Sebelum Biden Mundur

sef, CNBC Indonesia
06 September 2024 08:00
Seorang pendukung Pro-Palestina berdiri di depan foto Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, dan Mohammed bin Salman, Perdana Menteri Arab Saudi, saat mereka memprotes perguruan tinggi Universitas New York (CUNY) yang mengizinkan pembuatan film episode FBI: Most Wanted membuat fiksi Perkemahan Solidaritas Gaza di New York City, AS, 22 Juli 2024. (REUTERS/Adam Gray)
Foto: Seorang pendukung Pro-Palestina berdiri di depan foto Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, dan Mohammed bin Salman, Perdana Menteri Arab Saudi, saat mereka memprotes perguruan tinggi Universitas New York (CUNY) yang mengizinkan pembuatan film episode FBI: Most Wanted membuat fiksi Perkemahan Solidaritas Gaza di New York City, AS, 22 Juli 2024. (REUTERS/Adam Gray)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pernyataan mengejutkan datang dari Amerika Serikat (AS). Negara itu mengatakan mengharapkan normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel segera.

Bahkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berharap kesepakatan pembukaan hubungan keduanya terjalin sebelum Presiden Joe Biden mengundurkan diri pada bulan Januari. Hal itu ditegaskannya di sela-sela pidato yang mendesak Israel dan Hamas menuntaskan gencatan senjata segera.

"Masih ada peluang melalui keseimbangan pemerintahan ini untuk bergerak maju dalam normalisasi," katanya dalam konferensi pers di Haiti, dikutip AFP, Jumat (6/9/2024).

Sebenarnya pembicaraan Riyadh dan Tel Aviv mau "berdamai" sudah santer tersebar beberapa tahun terakhir. Bahkan sebelum perang Gaza pecah 7 Oktober, dilaporkan bahwa pejabat Saudi dan Israel mengadakan pembicaraan mengenai potensi normalisasi hubungan bilateral di bawah mediasi AS.

Pada Januari, Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan sempat mengatakan normalisasi hubungan Arab Saudi dan Israel hanya mungkin terjadi jika masalah negara Palestina terselesaikan. Sejauh ini, jika Palestina belum merdeka, Arab Saudi menolak mengakui Israel sebagai sebuah negara.

"Itulah satu-satunya cara agar kita mendapatkan manfaatnya. Jadi, ya, karena kita memerlukan stabilitas dan hanya stabilitas yang bisa dicapai melalui penyelesaian masalah Palestina," jawab diplomat itu ke CNN International.

Belum ada komentar terbaru Arab Saudi soal pernyataan Blinken di Haiti.

Gencatan Senjata Gaza

Sementara itu, Blinken kembali mendesak Israel dan Hamas untuk menuntaskan gencatan senjata Gaza. Ia mengklaim bahwa 90% dari kesepakatan sudah siap.

Blinken mengatakan bahwa Amerika Serikat akan menawarkan ide-ide lebih lanjut dalam beberapa hari mendatang melalui mediator Mesir dan Qatar. Harapannya, kata dia, kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan.

Sebenarnya Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Kamis, membantah 90% kesepatan sudah siap. Bahkan ia berujar "belum dekat".

"Menurut saya, berdasarkan apa yang saya lihat, 90% setuju," kata Blinken membantah Netanyahu.

"Kedua belah pihak benar-benar berkewajiban untuk menyetujui masalah-masalah yang tersisa ini," ujarnya.

Blinken mengatakan pula keyakinannya bahwa Netanyahu pasti memprioritaskan normalisasi hubungan diplomatik dengan negara-negara Arab, khususnya "penjaga dua tempat suci Islam" Arab Saudi. Ini membuat gencatan senjata Gaza tak bisa dikesampingkan.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tank Israel Hantam Zona Evakuasi Sipil di Rafah, 21 Orang Tewas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular