Internasional

Pemimpin Tertinggi Iran Khamenei Tiba-Tiba Mau Nego sama AS, Ada Apa?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
28 August 2024 14:30
In this picture released by the official website of the office of the Iranian supreme leader, Supreme Leader Ayatollah Ali Khamenei speaks during a meeting with army's air force and air defense staff in Tehran, Iran, Sunday, Feb. 7, 2021. Iran's supreme leader said the U.S. must lift all sanctions if it wants Iran to return to its commitments to the nuclear deal with Western powers. (Office of the Iranian Supreme Leader via AP)
Foto: Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei (Office of the Iranian Supreme Leader via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, membuka pintu untuk negosiasi baru dengan Amerika Serikat (AS) mengenai program nuklir negaranya.

Dalam pernyataan pada Selasa (27/8/2024), Khamenei mengatakan kepada pemerintah sipilnya bahwa "tidak ada salahnya" untuk terlibat dengan "musuh."

"Setelah melakukan semua yang kami bisa, mundur secara taktis mungkin terkadang diperlukan, tetapi kita tidak boleh mengabaikan tujuan atau pendapat kita saat pertama kali menemui kesulitan," kata Khameini pada Selasa, seperti dikutip Associated Press.

Ini kedua kalinya dalam beberapa hari terakhir Khamenei merujuk pada "mundur secara taktis" di tengah ketegangan.

"Ini tidak berarti bahwa kita tidak dapat berinteraksi dengan musuh yang sama dalam situasi tertentu," kata Khamenei, menurut transkrip di situs web resminya. "Tidak ada salahnya, tetapi jangan menaruh harapan pada mereka."

Sementara Departemen Luar Negeri AS mengatakan: "Kami akan menilai kepemimpinan Iran berdasarkan tindakan mereka, bukan kata-kata mereka."

"Kami telah lama mengatakan bahwa kami pada akhirnya memandang diplomasi sebagai cara terbaik untuk mencapai solusi yang efektif dan berkelanjutan terkait program nuklir Iran," katanya.

"Namun, kami masih jauh dari hal seperti itu saat ini mengingat eskalasi Iran secara menyeluruh, termasuk eskalasi nuklirnya dan kegagalannya untuk bekerja sama" dengan Badan Energi Atom Internasional, pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa.

"Jika Iran ingin menunjukkan keseriusan atau pendekatan baru, mereka harus menghentikan eskalasi nuklir dan mulai bekerja sama secara berarti dengan IAEA," katanya.

Pernyataan Khamenei menetapkan garis merah yang jelas untuk setiap pembicaraan yang berlangsung di bawah pemerintahan Presiden reformis Masoud Pezeshkian. Ini juga memperbarui peringatannya bahwa Washington tidak dapat dipercaya.

Pezeshkian, mantan anggota parlemen yang memenangkan kursi kepresidenan setelah kecelakaan helikopter pada bulan Mei menewaskan Presiden garis keras Ebrahim Raisi, berkampanye sebagian dengan janji untuk melibatkan kembali Barat dalam negosiasi.

Pernyataan Khamenei sebagai pemimpin tertinggi Iran dapat memberinya perlindungan politik untuk melakukannya. Menteri luar negeri baru Pezeshkian, Abbas Araghchi, terlibat secara mendalam dalam negosiasi kesepakatan tahun 2015.

Khamenei, yang memiliki keputusan akhir dalam semua masalah negara, juga memperingatkan Kabinet Pezeshkian, "Jangan percaya pada musuh."

Khamenei, yang berusia 85 tahun, terkadang mendesak perundingan atau menolaknya dengan Washington setelah Presiden Donald Trump secara sepihak menarik AS dari kesepakatan tersebut pada tahun 2018.

Sejak kesepakatan itu gagal, Iran telah mengabaikan semua batasan yang ditetapkan kesepakatan itu pada programnya, dan memperkaya uranium hingga kemurnian 60% - mendekati tingkat senjata 90%.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Iran Siap Balas Dendam, Berharap Dunia Muslim Bersatu Hancurkan Israel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular