Uni Eropa Serukan Hukuman untuk 2 Menteri Garis Keras Israel, Kenapa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Uni Eropa (UE) saat ini dilaporkan tengah berupaya menyelamatkan kredibilitasnya di Timur Tengah. Hal ini terlihat dari rencana diplomat paling senior Eropa, Josep Borrell, yang akan menyerukan sanksi terhadap dua menteri sayap kanan Israel.
Borrell, yang menjabat sebagai kepala kebijakan luar negeri UE, rencananya akan mengajukan kasus sanksi terhadap dua menteri pemerintah sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich, pada pertemuan 27 menteri luar negeri UE pada Kamis mendatang.
Menurut Borrell, baik Ben-Gvir dan Smotrich acapkali mengeluarkan pernyataan dan memiliki perilaku yang menghasut, sehingga menuai kecaman internasional.
Meski begitu, tidak ada proposal resmi yang akan diajukan oleh Borrell. Sementara pejabat Uni Eropa memperkirakan Hongaria dan Republik Ceko - dua sekutu terdekat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu - akan memveto rencana tersebut.
Sementara sumber-sumber Uni Eropa menganggap proposal tersebut layak untuk dikejar, demi kepentingannya sendiri dan sebagian sebagai upaya untuk memperbaiki kredibilitas internasional blok tersebut yang terpuruk dalam perang Israel-Gaza.
"Tujuannya adalah untuk benar-benar mengungkapnya [perilaku menteri Israel] dan untuk menunjukkan bahwa Uni Eropa berusaha menjaga kredibilitasnya dan bahwa kami tidak memiliki standar ganda," kata seorang sumber, seperti dikutip The Guardian, Senin (26/8/2024).
Sebelumnya Borrell telah berulang kali mendesak pemerintah Israel untuk menghentikan serangan pemukim yang meningkat.
Ia menyebut Ben-Gvir, menteri keamanan nasional Israel, menimbulkan kemarahan dengan kunjungan baru-baru ini ke masjid al-Aqsa, yang juga dikenal sebagai Temple Mount, sebuah situs yang suci bagi umat Islam dan Yahudi.
Menteri ultranasionalis, yang berusaha mengganggu pembicaraan gencatan senjata, mengatakan dia pergi untuk berdoa ke situs tersebut. Hal ini melanggar status quo yang mengizinkan hanya umat Islam untuk berdoa, sementara yang lain dapat berkunjung.
Ben-Gvir juga telah berulang kali menyerukan penghentian bantuan dan pasokan bahan bakar ke Gaza, sebuah posisi yang ditegaskannya kembali awal bulan ini.
Sementara Smotrich, Menteri Keuangan Israel, juga menimbulkan kemarahan awal bulan ini ketika ia mengatakan bahwa mungkin "dibenarkan dan bermoral" untuk membuat 2 juta orang di Gaza kelaparan untuk membebaskan sandera Israel yang tersisa, yang ditawan dalam serangan 7 Oktober oleh Hamas terhadap Israel.
Sebagai tanggapan atas pernyataan ini, Borrell mencuit pada 11 Agustus: "Sementara dunia mendorong gencatan senjata di #Gaza, Min. Ben Gvir menyerukan pemotongan bahan bakar & bantuan kepada warga sipil. Seperti pernyataan jahat Min. Smotrich, ini adalah hasutan untuk melakukan kejahatan perang. Sanksi harus menjadi agenda UE kita."
Beberapa hari kemudian, sebagai tanggapan atas serangan pemukim Israel lebih lanjut di sebuah desa di Tepi Barat, ia berkata: "Saya mengonfirmasi niat saya untuk mengajukan proposal sanksi UE terhadap para pendukung pemukim yang kejam, termasuk beberapa anggota pemerintah Israel."
Tidak seperti perang di Ukraina, di mana blok tersebut, kecuali Hongaria, telah menunjukkan persatuan yang cukup besar, pandangan tentang konflik Israel-Gaza sering kali sangat berbeda.
Negara-negara anggota Uni Eropa memberikan suara mendukung, menentang, dan abstain pada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza Oktober lalu dan pengiriman bantuan skala besar ke wilayah tersebut pada Desember.
(luc/luc)