
Pemimpin Eropa Warning PD 3 di Depan Mata

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Perdana Menteri (PM) Italia Matteo Salvini memberi peringatan soal ancaman Perang Dunia III (PD 3). Hal ini terkait kemajuan terbaru perang Rusia dan Ukraina.
Dalam wawancaranya dengan media lokal, Sussidiario, ia yang juga menjabat sebagai menteri infrastruktur dan transportasi serta memimpin partai Lega Nord (Liga Utara), mengatakan pengiriman senjata Barat ke Ukraina saat ini bisa membawa bencana. Ini terkait Kyiv yang kini, telah masuk menyerang wilayah Rusia, Kursk.
Perlu diketahui, sejumlah laporan pejabat Rusia dan sejumlah media, mengklaim bahwa militer Ukraina menggunakan senjata yang dipasok Barat dalam serangan mereka di wilayah itu. Hal ini kata dia akan membawa eskalasi pada perang, menyeret Eropa di dalamnya.
"Pengiriman senjata untuk menyerang dan membunuh juga di wilayah Rusia akan menjadi bencana," katanya dikutip dari RT, Kamis (22/8/2024).
"Ruang depan dari konflik dunia yang dramatis," tambahnya.
Ia sebenarnya menegaskan bahwa dirinya tidak menentang pemberian bantuan kemanusiaan dan militer untuk memberi Ukraina cara mempertahankan diri. Tapi harus dipastikan bukan untuk menyerang ke dalam wilayah Rusia.
Ia juga mengkritik Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang katanya bisa membuat prospek PD 3 semakin nyata. Sebelumnya Macron mengatakan, ide pengerahan pasukan Barat ke Ukraina, tidak bisa dikesampingkan.
"Saya sangat meminta pemungutan suara menentang perang, untuk mengisolasi pembom berbahaya seperti Macron," tegasnya.
Sebelumnya, Salvini memang kencang bersuara menolak pengiriman senjata ke Ukraina. Kecuali, ada kepastian di mana saja amunisi-amunisi itu digunakan.
"Insiden itu akan membawa kita langsung ke PD 3," katanya.
Sebenarnya kekhawatiran Italia sudah dikatakan sejumlah menteri lain. Pada akhir bulan Mei, Menteri Pertahanan Guido Crosetto mengutip konstitusi Italia, yang menekankan bahwa senjata yang dipasok Italia ke Ukraina hanya dapat digunakan di dalam wilayah negara tersebut.
Menteri Luar Negeri Antonio Tajani menggemakan hal yang sama. Ia mengatakan ke wartawan bagaimana Italia sebenarnya "tidak berperang melawan Rusia".
"Kami membela Ukraina, itu tidak sama," tegasnya.
Perang Rusia Ukraina sudah terjadi sejak Februari 2022. Pembicaraan perdamaian antara kedua negara mandek.
Negeri Presiden Vladimir Putin sendiri melancarkan operasi militer akibat keinginan Ukraina bergabung dengan NATO. Di awal perang, harga sejumlah komoditas energi dan pangan dari kedua negara naik drastis dan menyebabkan inflasi di banyak negara dunia.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PD3 di Depan Mata, Terungkap Rencana Baru NATO ke Rusia
