Internasional

AS Beri 'Kesempatan Terakhir' Negosiasi Israel-Hamas, Perang Berakhir?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Senin, 19/08/2024 21:00 WIB
Foto: Seorang anak duduk di tengah reruntuhan ketika warga Palestina memeriksa sebuah rumah yang hancur akibat serangan Israel, di tengah konflik Israel-Hamas, di kamp pengungsi Nuseirat, di Jalur Gaza tengah, 9 Juli 2024. (REUTERS/Ramadan Abed)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menyatakan Washington terus mendorong perundingan diplomatik gencatan senjata antara Israel dan milisi Hamas di Gaza Palestina. Ini terjadi setelah perundingan diputuskan akan dilanjutkan di Kairo, Mesir, setelah pertemuan di Doha Pekan lalu.

Dalam keterangannya, Blinken menyebut akan mengintensifkan tekanan diplomatik AS untuk memastikan negosiator mengamankan terobosan baru akhir pekan ini. Ia menyebut pihaknya telah menyodorkan proposal penjembatan pekan lalu yang diyakini negara-negara penengah akan menutup kesenjangan antara pihak-pihak yang bertikai.

"Ini adalah momen yang menentukan, mungkin yang terbaik, mungkin kesempatan terakhir untuk membawa pulang para sandera, untuk mendapatkan gencatan senjata dan untuk menempatkan semua orang di jalur yang lebih baik menuju perdamaian dan keamanan yang langgeng," kata Blinken kepada wartawan, menjelang pertemuannya dengan Presiden Israel Isaac Herzog, dikutip Reuters, Senin (19/8/2024).


"Saya di sini sebagai bagian dari upaya diplomatik intensif atas instruksi Presiden Biden untuk mencoba mencapai kesepakatan ini dan akhirnya mencapai kesepakatan.Sudah saatnya bagi semua orang untuk mengatakan ya dan tidak mencari alasan untuk mengatakan tidak."

Negara-negara yang menjadi penengah, AS, Qatar, dan Mesir, sejauh ini gagal mempersempit perbedaan pandangan antara Hamas dan Israel. Hal ini terus memberikan Israel angin segar untuk melanjutkan serangannya di Gaza.

Beberapa jam setelah kedatangan Blinken, Hamas mengatakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertanggung jawab atas 'gagalnya upaya mediator'. Kelompok itu juga menuding Netanyahu menjadikan sandera Israel di Gaza sebagai sasaran agresi yang sama seperti yang dialami warga Palestina.

Di sisi lain, ada peningkatan urgensi untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di tengah kekhawatiran eskalasi di seluruh wilayah yang lebih luas. Iran mengancam akan membalas Israel setelah pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada 31 Juli lalu.

"Sudah waktunya untuk memastikan bahwa tidak seorang pun mengambil langkah apa pun yang dapat menggagalkan proses ini, dan karenanya kami berupaya untuk memastikan bahwa tidak ada eskalasi, tidak ada provokasi," tambah Blinken menanggapi ketegangan baru antara Israel dengan Iran.

Israel telah berjanji untuk membasmi Hamas setelah para pejuangnya membunuh 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang dalam serangan 7 Oktober yang memicu perang. Israel mengatakan pihaknya yakin Hamas masih menyandera 116 orang, termasuk 42 orang yang menurut militer tewas.

Hampir 40.000 warga sipil Palestina tewas dalam serangan Israel ke Gaza. Meski begitu, Israel mengklaim sepertiga dari jumlah itu adalah kombatan Hamas.

Tensi kemudian meningkat setelah kelompok Houthi di Yaman, bersama dengan kelompok Hizbullah di Lebanon, terus memberikan serangan ke Israel sebagai bentuk solidaritas dalam mendukung Hamas. Mereka berjanji akan terus menekan Israel hingga negara itu menghentikan serangannya ke Gaza.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Operasi Darat & Udara Israel Tewaskan 30 Orang di Gaza