
Sosok Ini Berikan Semua Keuntungan Bisnis Demi Kemerdekaan RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak anak bangsa yang mencoba membantu perekonomian Indonesia di awal masa kemerdekaan. Sebab saat itu kas negara masih kosong dan Indonesia berjalan tanpa modal ekonomi yang jelas.
Salah satunya adalah Darwis Djamin, tentara Angkatan Laut Republik Indonesia. Dia memanfaatkan kepemimpinannya di IV ALRI, Tegal untuk membantu Indonesia.
Saat itu Tegal merupakan kota pelabuhan, banyak kapal dagang yang datang atau pergi dari Indonesia. Inilah yang dimanfaatkan Darwis untuk berbisnis.
Darwis mengumpulkan sejumlah orang untuk membantunya, yakni rekan-rekannya yang merupakan mantan anak pelayaran didikan Jepang. Dari situ, dia membuka perusahaan dagang ekspor-impor dengan modal kapal bekas Jepang.
Keuntungan dari bisnisnya bukan untuk kantongnya sendiri. Namun mengalihkannya untuk dana perjuangan bangsa.
Bukan hanya itu, dia juga menyelundupkan senjata untuk digunakan TNI. Salah satunya dibantu oleh rekan bisnisnya Hasjim Ning, Pasang Surut Pengusaha Pejuang (1986: 113-117), untuk menyelundupkan senjata dari luar negeri ke Tegal.
Upaya itu sukses membantu militan Indonesia memukul mundur pasukan Belanda. Pangkalan IV Tegal juga dikenal sebagai simbol keberanian melawan Belanda, dan berubah menjadi pusat penyelundupan Perang Kemerdekaan (1945-1949).
Riset dari UGM berjudul "Di Balik Layar Penyelundupan" (2022) oleh Lesta Alfatiana dan Ayur Wulandari juga mengungkapkan Pangkalan IV ALRI Tegal mengumpulkan 100 ton gula selama perang. Hasil penjualan gula itu digunakan untuk keperluan militer, juga akhirnya berkembang menjadi tempat kelahiran Korps Marinis.
Namun, karir Darwis sebagai Panglima IV ALRI Tegal hanya sebentar. Sebab, dia dipecat karena terbukti terlibat dalam Peristiwa 3 Juli 1946 yang dikenal sebagai percobaan kudeta oleh pihak oposisi terhadap Kabinet Sjahrir II.
Harry A. Poeze dalam biografi Tan Malaka berjudul Tan Malaka Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia jilid 4 (2008) menuliskan lebih lengkap bahwa dia ditahan karena dianggap terlibat dalam kelompok Murba besutan Tan Malaka.
Setelah itu, nama Darwis pun meredup. Dia jadi rakyat biasa dan juga ikut bertempur melawan Belanda. Namun, namanya mulai terangkat kembali saat membuat perusahaan pelayaran di bulan November 1949.
Husni Lain dalam Mengenal Maritim Angkutan Laut (1988) menyebut, tepat di November 1949 dia punya ide untuk membuat perusahaan pelayaran dagang. Perusahaan itu kemudian baru berdiri pada 18 Agustus 1950 dengan nama Djakarta Lloyd. Direktur utamanya adalah Darwis Djamin.
Dalam laman resminya tertulis, bermodalkan pinjaman Bank Negara Indonesia (BNI) perusahaan membeli kapal SS Djakarta Raya (bekas SS San Fransisco) dan SS Djatinegara (bekas SS Jenny). Perusahaan ini pada akhirnya sukses dan berkembang. Kini, Djakarta Llyold telah menjadi bagian BUMN Indonesia.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]