
Tak Cuma China, RI Rayu Eropa Garap Proyek Baterai EV

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan bahwa pemerintah sudah melakukan pembicaraan dengan perusahaan asal Eropa yakni BASF untuk bisa mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik di RI.
Wakil Menteri Investasi atau Wakil Kepala BKPM Yuliot Tanjung mengungkapkan pihaknya saat ini juga tengah mendalami daya tarik investasi Indonesia yang mana dia mengatakan pemerintah juga memetakan beberapa perusahaan lainnya di Eropa untuk bisa berinvestasi di Indonesia.
"Untuk (investasi) dengan siapa, tempo hari ada (pembicaraan) dengan BASF, kita ada dengan beberapa industri juga di Eropa. Jadi seluruh pemainnya kita lagi ini, lagi petakan dan juga akan kita dalami mana yang bisa kita tarik untuk investasi di sini," papar Yuliot saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Jumat (16/8/2024).
Dia mengatakan sejatinya pemerintah terbuka perihal siapa saja yang akan berinvestasi ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia.
"Ini kan ya kita karena komposisi investor melihat teknologi perkembangan terbaru jadi ya nanti bisa saja Eramet dengan BASF atau dengan perusahaan multinasional lainnya," tambahnya.
Asal tahu saja, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dua perusahaan raksasa asal Eropa yakni Eramet dan BASF mundur dari proyek pabrik nikel-kobalt di Weda Bay, Halmahera, Maluku.
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahajana Wirakusumah mengungkapkan, bahwa kedua perusahaan Eropa tersebut masih melihat arah pasar kendaraan listrik dunia.
"Kan mereka melihat bahwa sampai di mana sih international trade Itu, ke mana ya pasar itu mau ke mana. Itulah kira-kira saya lihat mereka lebih konservatif ya," ujar Agus saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (5/7/2024).
Adapun, Agus mengungkapkan bahwa mundurnya kedua perusahaan tersebut tidak menutup kemungkinan untuk bisa menjual cadangan produknya kepada pabrik baterai kendaraan listrik yang dibangun di dalam negeri.
"Tapi kan bukan berarti dia tidak bisa jual cadangannya kepada pabrik yang akan datang. Ya kan bisa saja gak usah dia harus bikin (pabrik) sendiri juga. Misalnya nanti LG, jadi Eramet kan bisa jual. Atau Eramet bisa menjual nanti dengan IBC Kalau misalnya kurang," tambahnya.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mobil Listrik Lagi Menggila, Penjualan Naik 25% di 2024
