2 Biang Kerok Utama Penyebab Penjualan Mobil RI Terjungkal 17%

Damiana, CNBC Indonesia
14 August 2024 13:55
BMW memamerkan iX eDrive50 Sport dan iX1 eDrive20 M Sport di IIMS 2024, Kamis, (16/2/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: BMW memamerkan iX eDrive50 Sport dan iX1 eDrive20 M Sport di IIMS 2024, Kamis, (16/2/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan mobil nasional melanjutkan kinerja buruk di bulan Juli 2024 dan belum bisa mengungguli pencapaian tahun 2023. Daya beli warga RI yang kian tertekan menjadi salah satu biang kerok yang dituding penyebab ambrolnya penjualan mobil nasional.

Catatan di bulan Juli 2024 kembali mengonfirmasi penjualan mobil nasional yang selalu di bawah 80.000 unit sejak awal tahun. Berbeda dengan tahun 2023, yang penjualan bulanan selalu di atas 80.000 unit, kecuali di bulan April.

Tercatat, penjualan mobil bulan Juli 2024 turun 0,62% atau 463 unit menjadi 74.160 unit dibandingkan Juni 2024 yang tercatat mencapai 74.623 unit. Angka ini juga mengalami penurunan sebesar 7,88% atau 6.344 unit dibandingkan Juli 2023.

Secara kumulatif periode Januari-Juli 2024, penjualan mobil nasional mengalami penurunan sampai 102.695 unit atau 17,49% menjadi 484.236 unit dibandingkan periode sama tahun 2023 yang mencapai 586.931 unit.

Penjualan yang lesu juga dialami segmen mobil ramah lingkungan harga terjangkau atau low cost and green car (LCGC).

Sepanjang Januari-Juli 2024, penjualan LCGC tercatat sebanyak 104.452 unit. Angka ini anjlok 13,31% atau 16.059 unit dari posisi Januari-Juli 2023 yang mencapai 120.511 unit. Di bulan Juli 2024, penjualan LCGC tercatat sebanyak 14.809 unit, turun 443 unit atau 2,90% dari sebulan sebelumnya yang mencapai 15.252 unit.

Demikian mengutip data penjualan mobil yang dirilis PT Astra International Tbk.

Lalu apa penyebab pelemahan pasar mobil di dalam negeri?

Pengamat Otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengungkapkan, penurunan penjualan mobil pada bulan Juli 2024, terutama LCGC, mengindikasikan adanya beberapa faktor yang saling mempengaruhi.

Mulai dari kenaikan suku bunga dan inflasi yang membuat cicilan kendaraan menjadi lebih mahal serta mengurangi daya beli masyarakat. Hingga kondisi ekonomi global yang tidak menentu yang berdampak pada mulai turunnya daya beli konsumen terbesar, middle income class (warga kelas menengah).

"Selain itu, penantian konsumen terhadap peluncuran berbagai model EV (electric vehicle) baru dengan harga semakin mendekati LCGC, juga turut berkontribusi terhadap penurunan penjualan. Ditambah lagi siklus pembelian yang cenderung fluktuatif," katanya kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (14/8/2024).

"Sekarang ini hal yang semakin kuat adalah, pada September-Oktober ini semakin banyak EV baru royal fitur baru dan teknologi dengan harga yang terjangkau dan setara LCGC produksi Jepang. Dan memberikan garansi baterai sampai dengan 8 tahun, tenor panjang, layanan 3S semakin bagus dan banyak," papar Yannes. 

Hal ini, kata dia, berdampak pada terjadinya penundaan pembelian mobil. Karena konsumen mulai mempertimbangkan kesepadanan harga dengan fitur-fitur yang diusung produk.

Terkait penjualan mobil nasional yang selalu di bawah 80.000 unit per bulan sejak awal tahun 2024, Yannes mengatakan, dibutuhkan upaya strategis agar bisa kembali mendongkrak kinerja penjualan mobil RI.

"Untuk mengatasi hal ini, diperlukan sinergi antara produsen, pemerintah, institusi keuangan dan masyarakat middle income class sebagai konsumen. Dengan menerapkan strategi yang tepat kolaborasi berbagai kementerian yang berkaitan dengan ekosistem otomotif diharapkan penjualan mobil dapat kembali meningkat. Dan, industri otomotif nasional dapat tumbuh lebih baik," pungkasnya.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ternyata Orang RI Masih Takut-Takut Beli Mobil Listrik, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular