Motor Konversi BBM ke Listrik Jadi Ajang Balap, ESDM: Terbukti Kuat!
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah baru saja meluncurkan program balap motor konversi dari motor yang sebelumnya menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi menggunakan energi listrik.
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengungkapkan program balap motor konversi yang di-kick off pada hari ini, Jumat (9/8/2024) tersebut menunjukkan bahwa motor listrik konversi sejatinya memiliki tenaga yang kuat bahkan untuk balapan.
Dadan bilang, program balapan itu menjadi ajang sosialisasi pemerintah kepada masyarakat untuk mengenalkan motor konversi.
"Sekarang tuh kick off ini ya, kick off balap motor. Itu salah satu upaya kita untuk sosialisasi, publikasi, untuk menunjukkan bahwa motor konversi juga bisa di-gas, bertenaga, kuat, terbukti gitu ya hari ini kita kan nanti tanggal 21, kalau gak salah ya main racenya," ungkap Dadan saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (9/8/2024).
Adapun, dia menjelaskan bahwa peserta yang ikut dalam program balapan motor konversi tersebut lebih banyak terdiri dari peserta yang mengkonversi motornya tanpa bantuan (subsidi) dari pemerintah. "Dua-duanya sih, ada yang kebanyakan sih mereka konversi sendiri ya," tambahnya.
Asal tahu saja, program konversi motor menjadi motor listrik merupakan upaya pemerintah untuk mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE) tahun 2060, serta penurunan emisi dan peningkatan kualitas udara yang lebih bersih di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.
Sebelumnya, Kementerian ESDM mengungkapkan program konversi dari kendaraan roda dua Berbahan Bakar Minyak (BBM) ke kendaraan berbasis listrik masih cukup rendah. Tercatat sepanjang 2023 realisasi program konversi masih di bawah 1000 unit dari target 50 ribu unit.
Menteri ESDM Arifin Tasrif membeberkan penyebab rendahnya program konversi motor BBM ke motor listrik salah satunya disebabkan lantaran motor yang didaftarkan banyak yang tidak memiliki Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) alias 'bodong'. Padahal animo masyarakat untuk mengikuti program ini sebenarnya cukup banyak.
"Yang mendaftar banyak, tapi ternyata pas dicek banyak yang STNK-nya bodong. Jadi pada takut yang nge daftar," kata Arifin ditemui di kantor Ditjen Migas, Jumat (16/2/2024).
Oleh sebab itu, Arifin tengah mengupayakan agar terdapat solusi untuk mengatasi persoalan tersebut. Misalnya seperti pemberian kebijakan mobil listrik yang dibebaskan dari pengenaan tarif pajak kendaraan bermotor progresif.
"Kita tetap usahain ya karena mau pakai acara apa lagi kita? Industrinya masih belum, motor baru belum bangun, daya beli juga. Cara satu-satunya motor tua ini kita coba dorong untuk dikonversi," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, untuk tahun 2024 sendiri, pemerintah menargetkan konversi motor listrik yang lebih tinggi lagi yakni sebanyak 150.000 unit.
(pgr/pgr)