Israel Disebut Berada Dibalik Kerusuhan Anti-Islam Inggris
Jakarta, CNBC Indonesia - Israel disebut berada dibalik kerusuhan anti imigran dan muslim di Inggris. Hal ini setidaknya dimuat sebuah blog, mengacu komentar yang viral di negeri itu.
Di laman adl.org disebutkan bagaimana teori konspirasi muncul. Di mana kerusuhan tersebut merupakan hasil dari rencana Israel.
Salah satunya tersebar 3 Agustus 2024, dilontarkan seorang penganut paham supremasi kulit putih Nicholas Fuentes. Ia mengatakan bahwa mantan pemimpin kelompok English Defense League (EDL)- sayap kanan yang anti imigran terutama Muslim yang dianggap dalang protes- Tommy Robinson, sengaja memicu kerusuhan untuk menghukum Pemerintah Inggris.
Alasannya karena Inggris telah menangguhkan izin ekspor senjata ke Israel. Sayangnya tidak ada fakta apa pun yang diberikan untuk mendukung tuduhan ini.
Di sisi lain, Robinson juga dikenal bernama Stephen Yaxley-Lennon, selama ini konsisten menunjukkan dukungannya terhadap Israel dalam sejumlah kesempatan. Meski begitu, dukungan ini telah dikecam sebagai "sesuatu yang tidak diinginkan" oleh Dewan Deputi Yahudi Inggris dan Federasi Zionis Inggris Raya dan Irlandia.
"1. Pemerintah Buruh Inggris mencabut penentangan terhadap surat perintah penangkapan ICC untuk Netanyahu," tulisnya di laman X, dikutip Kamis (8/8/2024).
"2. Pemerintah Buruh Inggris memberlakukan embargo senjata rahasia terhadap Israel," tambahnya.
"3. Tommy Robinson, seorang Zionis, mengadakan unjuk rasa besar-besaran, yang memicu kerusuhan sipil di seluruh negeri."
Pernyataan Fuentes juga diikuti komentar seorang mantan akademisi Universitas Bristol Inggris David Miller. Ia menyatakan bahwa kerusuhan di Inggris adalah "unjuk kekuatan Zionis".
"Pesan Zionis kepada Inggris adalah Jika Anda memblokir penjualan senjata, kami akan membakar negara Anda. Dan Anda tidak akan seberani itu lain kali," ujarnya.
"Negara Israel sedang membakar Inggris," tambahnya.
Hal sama juga diutarakan Dr. Andreas Krieg, seorang profesor madya di King's College London. Ia menyebut para perusuh sebagai "idiot yang berguna" dan menyalahkannya pada "para pemodal di Israel".
"Menciptakan orang-orangan sawah ... untuk mencoreng Muslim di masyarakat sipil secara luas," tambahnya.
Sementara itu merujuk The Guardian, menurut penelitian oleh Community Security Trust (CST), kelompok sayap kanan ini juga sebenarnya berusaha menyerang kelompok Yahudi. Ini setelah Islam dan para migran.
"Ada beberapa orang dalam gerakan ini dan ruang daring mereka yang mendorong orang lain untuk mempertimbangkan orang Yahudi sebagai target, serta semua orang lain yang telah mereka identifikasi sejauh ini, seperti etnis minoritas, Muslim, dan pencari suaka," kata seorang juru bicara CST.
"Beberapa target pada hari Rabu berada di dekat tempat-tempat komunitas Yahudi. Kami telah memberi tahu mereka tentang Rabu malam dan tentang langkah-langkah keamanan yang tepat," tambahnya.
"Kami tidak dapat mengabaikan potensi yang mungkin memengaruhi komunitas Yahudi."
Sebelumnya, demonstrasi yang berujung kekerasan muncul di Inggris beberapa hari terakhir. Kelompok ekstremis kanan Inggris dilaporkan sebagai dalangnya.
Mereka memanfaatkan keterkejutan dan kemarahan warga atas pembunuhan tiga gadis muda minggu lalu di Southport. Pembunuhan dilakukan seorang warga Inggris keturunan Rwanda, Axel Rudakubana.
Tersangka Rudakubana lahir di Cardiff, ibu kota Wales, dan kabarnya dari orang tua Kristen Rwanda. Namun muncul informasi palsu di media sosial mengklaim tersangka adalah seorang imigran Muslim.
Menurut para analis, mereka yang melakukan kerusuhan itu vokal tentang kebencian mereka terhadap imigran. Namun, ada juga rasa xenofobia yang mendasari terhadap komunitas minoritas di Inggris, khususnya Muslim.
Robinson misalnya menyebarkan disinformasi dari Siprus. Ia telah mengunggah video yang menghasut 800.000 pengikutnya di X untuk mengecam kaum Muslim, migran, lembaga politik, dan polisi karena kasus pembunuhan itu.
Influencer Andrew Tate, juga jadi salah satu provokator dengan menyatakan tersangka Southport tiba di Inggris dengan perahu. Hal ini juga dikatakan salah satu anggota parlemen Nigel Farage.
Rosa Freedman, seorang profesor di Universitas Reading, mengatakan kerusuhan tersebut merupakan hasil dari keterlibatan pemerintah Konservatif sebelumnya dengan kelompok-kelompok sayap kanan yang "rasis" tersebut. Partai Buruh yang saat ini berkuasa tak bisa disalahkan.
"Alih-alih menyembunyikan wajah mereka, mereka kini mulai tampil... kita tidak dapat menyalahkan Partai Buruh yang baru berkuasa selama empat minggu terakhir," katanya.
(sef/sef)