
AS Respons Hamas Tunjuk Bos Baru Yahya Sinwar

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) memberi respons soal penunjukan Yanya Sinwar sebagai pemimpin baru Hamas. Dalam pengumuman Selasa waktu setempat, Sinwar diumumkan sebagai Kepala Biro Politik Hamas, menggantikan Ismail Haniyeh yang tewas dibunuh di Teheran, Iran.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mendesak Sinwar, untuk menerima gencatan senjata Gaza. Ia bahkan mengatakan bahwa dalang serangan 7 Oktober itu adalah penentu yang krusial.
"Dia telah dan tetap menjadi penentu utama dalam hal penyelesaian gencatan senjata," katanya, dikutip AFP, Rabu (7/8/2024).
"Jadi, saya pikir ini hanya menggarisbawahi fakta bahwa dialah yang benar-benar memutuskan apakah akan melanjutkan gencatan senjata yang secara nyata akan membantu begitu banyak warga Palestina yang sangat membutuhkan," tambahnya.
Sinwar sendiri diyakini bersembunyi di serangkaian terowongan bawah tanah di Gaza. Ia merupakan pengambil keputusan utama kelompok tersebut di Gaza dan diyakini memegang kendali atas sekitar 120 sandera Israel yang masih dalam tahanan Hamas.
Mantan kepala dinas intelijen kelompok ini menghabiskan 23 tahun di penjara Israel menjalani empat hukuman seumur hidup karena percobaan pembunuhan dan sabotase. Seorang mantan interogator menggambarkannya sebagai "1000% berkomitmen dan 1000% keras, orang yang sangat, sangat keras".
"Dengan memilih Sinwar untuk memimpin Hamas, organisasi ini mengakhiri perbedaan antara pemimpin eksternal dan internal dan menghilangkan ilusi moderasi yang ada untuk mengungkapkan wajah sebenarnya," tulis seorang rekan senior di Carnegie Endowment, Aaron David Miller, dilansir The Guardian.
Warning Iran dan Israel
Sementara itu, di kesempatan yang sama Blinken memperingatkan Iran dan Israel untuk menghindari peningkatan konflik. Kematian Haniyeh di Iran diyakini melibatkan Israel.
Iran telah berjanji akan memberikan tanggapan setelah pembunuhan itu, di mana Teheran menyebutnya "pembunuhan pada tamu negaranya". Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah mengisyaratkan rasa frustrasinya terhadap Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu atas pembunuhan Haniyeh di saat AS bersama Qatar dan Mesir membuat kemajuan dalam perundingan guna mencapai gencatan senjata dalam perang Gaza yang berlangsung 10 bulan.
"Tidak seorang pun boleh meningkatkan konflik ini," tegasnya.
"Kami telah terlibat dalam diplomasi yang intens dengan sekutu dan mitra, mengomunikasikan pesan itu langsung ke Iran. Kami mengomunikasikan pesan itu langsung ke Israel," ujarnya.
"Komitmen kami terhadap keamanan Israel sangat kuat. Kami akan terus membela Israel terhadap serangan dari kelompok teroris atau sponsor mereka, sama seperti kami akan terus membela pasukan kami. Namun, setiap orang di kawasan ini harus memahami bahwa serangan lebih lanjut hanya akan melanggengkan konflik, ketidakstabilan, dan ketidakamanan bagi semua orang," tambahnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Desak Hamas Terima Gencatan Senjata Israel, Ini Isi Syaratnya
