Terbukti, Barang Impor Bikin Pedagang Banting Harga Hijab
Jakarta, CNBC Indonesia - Persaingan pedagang dalam berjualan produk impor ternyata sangat kompetitif. Anizar, pedagang di Thamrin City mengungkapkan, harga produk impor memang murah, namun itu membuat persaingan menjadi tidak sehat. Pasalnya, banyak yang akhirnya membanting harga.
"Kaya hijab ini (menunjuk ke hijab) harganya Rp 35 ribu produk lokal, kalau impor bisa Rp 20 ribu bahkan belasan ribu. Pada banting harga. Jadi mendingan main di lokal aja," katanya kepada CNBC Indonesia, Rabu (7/8/2024).
Pedagang yang bisa menjual harga lebih murah umumnya memiliki jejaring lebih kuat dengan importir, alhasil harganya bisa ditekan umumnya jika membeli borongan lebih banyak.
"Orang jual belasan ribu, saya bisa jual misal Rp 25 ribu ya kalah. Makanya udah lama saya ninggalin impor-impor ini. Dulu main dari zaman kerudung yang sekarang Rp 20 ribu, dulunya masih Rp 3 ribuan mungkin 20 tahun yang lalu," kata Anizar.
Sementara itu, pedagang lain justru menumpahkan kekesalannya dengan produk impor ini. Meski ada peluang untuk menjual produk ini, namun tetap ada pedagang yang tetap memilih produk dalam negeri.
"Harga produk impor itu memang murah-murah, ngga mungkin kalau masuk legal, pasti ilegal. Harusnya ketahan di pelabuhan barang-barang kaya gitu, tapi lolos juga, saya juga bingung kenapa," kata Yahya.
Selain berjualan, Ia juga sempat memproduksi pakaiannya sendiri. Belakangan produksi pakaiannya mulai dialihkan dengan mengambil dari garmen di wilayah Bandung, Jawa Barat.
"Saya produksi sendiri, punya penjahit sendiri, ngga cuma jualan disini. Jadi tahu rasanya kena barang impor sekarang. Tapi setelah pandemi beberapa dilepas. Kalau ada kerjaan saya kabarin. Yang penting hidup aja sekarang," ujar Yahya.
(dce)