Ekonom Bongkar Biang Kerok Ekonomi RI 'Mentok' di Level 5%

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
06 August 2024 10:50
Penjualan kerudung di Pusat Grosir Pasar Tanah Abang di Jakarta Pusat. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Foto: Penjualan kerudung di Pusat Grosir Pasar Tanah Abang di Jakarta Pusat. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan Ekonomi Indonesia kembali 'anteng' di level 5% pada kuartal-II 2024. Ekonom berpendapat ada penyebab mendasar yang membuat ekonomi RI stagnan di angka tersebut.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan penyebab ekonomi RI stagnan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor domestik. Dia mengatakan sejak 2022, terdapat kebijakan yang relatif menekan ekonomi baik dari sisi fiskal maupun moneter.

"Memang ada faktor global, tetapi lebih banyak faktor domestic," kata Esther dikutip Selasa, (6/8/2024).

Esther mengatakan salah satu faktor yang menekan daya beli masyarakat adalah kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11% pada 2022. Dia mengatakan kenaikan pajak itu menyebabkan daya beli masyarakat melemah. Padahal, kata dia, sektor konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang terbesar pada perekonomian Indonesia.

"Akibatnya ekonomi melemah, daya beli masyarakat juga ikut menurun ditandai dengan meningkatnya pengeluaran dan tabungan yang menurun," kata dia.

Selain itu, Esther berpendapat kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate turut menyumbang tekanan pada perekonomian. Dia menilai tinggi suku bunga BI tersebut menyebabkan investor menahan diri untuk melakukan ekspansi bisnis.

Dia menilai penurunan suku bunga dalam waktu dekat harus menjadi opsi untuk dilakukan. Menurut dia, hal itu perlu dilakukan untuk meningkatkan pengambilan kredit.

"Solusinya dari sisi moneter turunkan suku bunga dan perkecil net interest margin agar investor mau pinjam uang di bank untuk melakukan ekspansi bisnis dan sebagainya," kata dia.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,05% secara year-on-year pada kuartal II 2024. Pertumbuhan ini tercatat lebih lemah ketimbang kuartal I 2024 yang mencapai 5,11% atau pada kuartal II 2023 yang mencapai 5,17%.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II ini juga menandakan perekonomian Indonesia yang tak mampu melebihi angka 5% dalam beberapa tahun terakhir. Tercatat selama masa pemerintah Presiden Joko Widodo pertumbuhan ekonomi tahunan hampir selalu di angka sekitar 5%.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro menilai capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia sebenarnya relatif stabil mengingat kondisi global yang sedang penuh ketidakpastian. Meski demikian, kata dia, ada beberapa tantangan global dan domestik yang mesti mendapatkan perhatian agar target pemerintah terkait pertumbuhan di atas 5% pada 2024 bisa tercapai.

Dia mengatakan sektor konsumsi rumah tangga masih kuat, namun sudah muncul tanda-tanda melemahnya daya beli masyarakat, terutama di kelas pendapatan bawah. Karenanya, dia menyarankan pemerintah harus selalu awas terkait kenaikan harga-harga. "Mengendalikan inflasi yang tetap rendah adalah hal yang sangat penting," kata dia.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Di Tangan Prabowo-Gibran, Gimana Nasib Ekonomi RI di Akhir 2024?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular