Internasional

Arab-Timur Tengah di Ambang Perang Besar, AS Kirim Militer Tambahan

luc, CNBC Indonesia
05 August 2024 04:59
Ilustrasi foto cover CNBC Insight On This Day 20 tahun serangan AS ke Irak
Foto: Ilustrasi foto cover CNBC Insight On This Day 20 tahun serangan AS ke Irak

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) sedang mengerahkan kekuatan militer tambahan di Timur Tengah sebagai langkah defensif untuk meredakan ketegangan di wilayah tersebut. Hal itu diungkapkan langsung oleh seorang pejabat Gedung Putih.

Ketegangan regional meningkat setelah pembunuhan Ismail Haniyeh, pemimpin kelompok Islam Palestina, Hamas, di Teheran pada Rabu (31/7/2024), sehari setelah serangan Israel di Beirut yang menewaskan Fuad Shukr, seorang komandan militer senior dari kelompok Hizbullah Lebanon. Kedua kelompok tersebut didukung oleh Iran.

Ada kekhawatiran bahwa perang Israel melawan militan Palestina di Gaza, yang dimulai Oktober lalu setelah serangan terhadap negara Yahudi, bisa meluas menjadi konflik Timur Tengah yang lebih luas.

Iran dan Hamas menyalahkan Israel atas pembunuhan Haniyeh di ibu kota Iran, dan bersama dengan Hizbullah, mereka berjanji akan membalas dendam. Israel belum mengeklaim atau menyangkal tanggung jawab atas pembunuhan tersebut.

Pentagon mengatakan mereka akan mengerahkan tambahan jet tempur dan kapal perang Angkatan Laut ke wilayah tersebut.

"Tujuan keseluruhan adalah untuk menurunkan suhu di kawasan ini, mencegah dan mempertahankan diri dari serangan tersebut, dan menghindari konflik regional," kata Jonathan Finer, wakil penasihat keamanan nasional Gedung Putih, dalam program "Face the Nation" di CBS.

Amerika Serikat dan Israel mempersiapkan setiap kemungkinan, tambah Finer. Ada "hampir terjadinya" konflik regional pada bulan April, kata Finer, ketika Iran meluncurkan serangan ke wilayah Israel dengan drone dan rudal setelah yang disebutnya serangan Israel di konsulatnya di Damaskus pada 1 April yang menewaskan tujuh perwira Korps Pengawal Revolusi Islam di ibu kota Suriah.

AS ingin siap jika situasi seperti itu muncul kembali, tambah Finer.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara dengan Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani pada hari Minggu dan menekankan "pentingnya semua pihak mengambil langkah untuk meredakan ketegangan regional, menghindari eskalasi lebih lanjut, dan memajukan stabilitas," kata Departemen Luar Negeri, dilansir Reuters.

Peringatan Perjalanan

Presiden AS Joe Biden pada Sabtu menyatakan harapannya bahwa Iran akan mundur meskipun ada ancaman untuk membalas kematian Haniyeh.

AS pada Rabu mendesak warganya yang ingin meninggalkan Lebanon untuk segera membuat rencana. "Ini bukan prediksi tentang peristiwa di masa depan. Ini adalah perencanaan yang bijaksana bagi mereka dan bagi pemerintah kami," kata Finer.

Sementara itu, pemerintah Inggris menyarankan warga negaranya untuk meninggalkan Lebanon. Kanada memberitahu warganya untuk menghindari semua perjalanan ke Israel, dengan mengatakan konflik regional membahayakan keamanan.

Kematian Haniyeh adalah salah satu dari serangkaian pembunuhan tokoh senior Hamas dalam perang Gaza - dengan hampir 40.000 warga Palestina tewas, menurut kementerian kesehatan Gaza - dan ini menimbulkan kekhawatiran akan konflik Timur Tengah yang lebih luas.

Hamas mengatakan telah memulai "proses konsultasi luas" untuk memilih pemimpin baru menggantikan Haniyeh, yang merupakan wajah diplomasi internasional kelompok tersebut. AS dan mitra internasional termasuk Prancis, Inggris, Italia, dan Mesir melanjutkan kontak diplomatik untuk mencegah eskalasi regional lebih lanjut.

 


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investigasi Iran Beberkan Fakta Baru Pembunuhan Bos Hamas Haniyeh

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular