
Profil Mohammed Deif, Bos Militer Hamas yang Dibunuh Israel di Gaza

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala militer Hamas, Mohammed Deif, dilaporkan tewas dalam serangan Israel di Khan Yunis, Gaza Selatan bulan lalu. Kematiannya diumumkan oleh Militer Israel pada Kamis (1/8/2024).
Pengumuman tewasnya Deif dilakukan setelah kematian pemimpin Hamas Ismail Haniyeh pekan lalu, yang tewas akibat pasukan Israel di Teheran.
Deif, yang berusia 58 tahun itu dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel pada 13 Juli. Militer Israel mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka telah mengonfirmasi kematiannya dalam serangan udara di wilayah Khan Yunis di Gaza.
Pihak Hamas tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pengumuman Israel tersebut.
Deif, salah satu dalang serangan 7 Oktober 2023 di Israel selatan, adalah sosok yang sulit dipahami. Ia memiliki karier panjang dan rahasia di kelompok Palestina tersebut dan telah dicari oleh Israel selama beberapa dekade.
Ia telah selamat dari tujuh upaya pembunuhan Israel sebelumnya, yang terbaru pada tahun 2021. Dalam beberapa bulan sejak 7 Oktober, ia diyakini telah mengarahkan operasi militer dari terowongan dan jalan-jalan belakang Gaza, bersama dengan rekan-rekan seniornya.
Naik pangkat di Hamas selama 30 tahun, Deif mengembangkan jaringan terowongan dan keahliannya dalam membuat bom. Ia telah menduduki puncak daftar orang paling dicari Israel selama beberapa dekade, dianggap bertanggung jawab secara pribadi atas kematian puluhan warga Israel dalam bom bunuh diri.
Sumber Hamas mengatakan Deif kehilangan satu mata dan mengalami cedera serius di satu kaki dalam salah satu upaya Israel untuk membunuhnya. Kelangsungan hidupnya selama bertahun-tahun membuatnya menjadi pahlawan rakyat bagi sebagian warga Palestina.
Dalang Serangan 7 Oktober 2023
Deif dan dua pemimpin Hamas lainnya di Gaza, yakni pemimpin Hamas di Gaza Yahya Sinwar dan wakil Deif, Marwan Issa, membentuk dewan militer beranggotakan tiga orang yang merencanakan serangan pada 7 Oktober.
Serangan itu kemudian menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel. Ini diklaim sebagai serangan paling berdarah dalam sejarah Israel selama 75 tahun.
Setelah serangan itu, pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersumpah untuk membunuh ketiganya, yakni yang dilaporkan dibunuh oleh Israel pada Maret lalu.
Dalam rekaman audio yang disiarkan saat Hamas menembakkan ribuan roket pada tanggal 7 Oktober, Deif menamai serangan itu "Banjir Al-Aqsa", yang mengisyaratkan serangan itu merupakan balasan atas serangan Israel di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.
Seorang sumber yang dekat dengan Hamas mengatakan Deif mulai merencanakan operasi tersebut pada bulan Mei 2021, setelah serangan di situs tersuci ketiga umat Islam yang membuat marah dunia Arab dan Muslim.
"Itu dipicu oleh adegan dan rekaman Israel menyerbu Masjid Al-Aqsa selama bulan Ramadan, memukuli jamaah, menyerang mereka, menyeret orang tua dan pemuda keluar dari masjid," kata sumber itu. "Semua ini memicu dan menyulut kemarahan."
Pada saat itu, Israel menuduh warga Palestina mencoba menghasut kekerasan di Yerusalem. Warga Palestina menolak tuduhan tersebut.
Penyerbuan kompleks masjid, yang telah lama menjadi titik api kekerasan atas masalah kedaulatan dan agama di Yerusalem, turut memicu pertempuran selama 11 hari tahun itu antara Israel dan Hamas.
Sosok Deif
Merujuk surat kabar berbahasa Arab Asharq Al-Awsat, Deif terlahir sebagai Mohammed Diab Ibrahim al-Masri sekitar tahun 1965. Deif, yang berasal dari keluarga miskin, dibesarkan di kamp pengungsi Palestina di Khan Younis di Gaza, yang didirikan setelah Perang Arab-Israel tahun 1948.
Pemimpin militan tersebut dikenal sebagai Mohammed Deif setelah bergabung dengan Hamas selama Intifada pertama, atau pemberontakan Palestina, yang dimulai pada tahun 1987.
Ia ditangkap oleh Israel pada tahun 1989 dan menghabiskan sekitar 16 bulan di tahanan menurut seorang sumber Hamas.
Deif memiliki gelar sains dari Universitas Islam di Gaza, tempat ia belajar fisika, kimia, dan biologi. Ia mengepalai komite hiburan universitas dan tampil di panggung dalam komedi.
Istrinya, putranya yang berusia 7 bulan, dan putrinya yang berusia 3 tahun tewas dalam serangan udara Israel pada tahun 2014.
Sejauh ini, Deif hanya membuat tiga pernyataan dalam sembilan tahun terakhir. Dia tidak muncul di depan umum selama hampir tiga dekade, dan baru muncul sesaat sebelum menyerang Israel tahun lalu.
Sedikit yang diketahui publik tentang Deif, yang telah bekerja secara "rahasia" selama bertahun-tahun dan menggunakan nama samaran. Nama Deif berarti "tamu" dalam bahasa Arab dan mengacu pada praktik militan Palestina yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain agar tidak terdeteksi oleh intelijen Israel.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Israel Bunuh Adik Perempuan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Gaza
