Pengusaha Akui Hidup Kelas Menengah di RI Lagi Berat!

M Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
01 August 2024 07:55
Jumlah Pengangguran Terbuka di Indonesia
Foto: Infografis/ Jumlah Pengangguran Terbuka di Indonesia / Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia-Kalangan pengusaha turut merasakan dampak melemahnya daya beli kelas menengah di Indonesia. Pengusaha mengakui hidup sebagai kelas tanggung di Indonesia sedang berat.

Wakil Ketua Komite Tetap Kebijakan Fiskal & Publik Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anggana Bunawan mengatakan pelemahan daya beli masyarakat ini turut diperhatikan oleh dunia usaha. Sebab, kata dia, pelemahan daya beli masyarakat ini pasti juga akan berimbas pada perekonomian.

"Salah satu sumber pertumbuhan yang paling produktif di Indonesia ini adalah konsumsi dalam negeri, dan kita tahu porsi terbesar masyarakat adalah kelas menengah," kata Anggana dikutip Kamis, (1/8/2024).

Anggana mengatakan kelas menengah dihantam oleh berbagai masalah selama pandemi Covid-19 dan peristiwa yang menyusul belakangan. Mereka bukan golongan yang mendapatkan bantuan sosial, sehingga kondisi ekonominya amat terpengaruh.

"Mereka sekarang semakin mengurangi porsi simpanan mereka, satu indikasi untuk mereka kemudian mengerem konsumsi," katanya.

Dia mengatakan faktor eksternal dan internal turut berpengaruh pada daya beli masyarakat yang tergerus. Dari dalam negeri, kata dia, harga pangan yang melonjak tinggi telah mengurangi kemampuan belanja kelompok ini. Ditambah era suku bunga tinggi membuat uang mereka habis buat membayar kredit.

"Teman-teman yang sedang mengambil kredit seringkali mendapatkan revisi suku bunga, itu cukup mengurangi ruang gerak mereka," katanya.

Di luar konsumsi, Anggana menyebut kelas menengah juga dibuat pusing dengan mencari pekerjaan. Dia bilang banyaknya otomatisasi di berbagai sektor lapangan kerja membuat para kelas menengah tak percaya diri dengan kemampuannya mencari pekerjaan yang lebih baik.

"Ada kekhawatiran bagaimana keberlangsungan pekerjaan mereka itu tetap tersedia, sehingga mereka akan bersikap sangat hati-hati dalam mengkonsumsi barang," ujarnya.

Sebelumnya, sejumlah ekonom mencatat terjadi penurunan proporsi kelas menengah di Indonesia setelah pandemi Covid-19. Menurut data dari Bank Mandiri, proporsi kelas menengah RI pada 2019 masih mencapai 21% dari populasi. Namun, jumlah itu merosot pada 2023 menjadi 17%.

Sejalan dengan penurunan jumlah kelas menengah, masyarakat yang masuk kelompok aspiring middle class (AMC) atau calon kelas menengah naik. Begitupun proporsi kelas rentan juga ikut naik. Pergeseran ini diduga terjadi karena banyak warga kelas menengah yang jatuh miskin karena berbagai dinamika yang terjadi selama pandemi Covid-19.

Gabungan pengusaha mal nasional juga ikut memperhatikan melemahnya kondisi perekonomian kelas menengah Indonesia. Karenanya, Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) meminta pemerintah menunda 2 kebijakan yang kontradiktif dengan penguatan daya beli.

Kedua kebijakan itu adalah penerapan PPN 12% pada 2025 dan program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) yang mulai efektif berlaku pada 2027.

Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja meyakini dua kebijakan itu akan memberikan efek domino bagi perekonomian. Pengusaha dan konsumen, kata dia, akan sama-sama terpukul oleh kebijakan ini. Padahal, kata dia, kondisi pusat perbelanjaan belum pulih benar dari pandemi.

"Imbauan kami ke pemerintah adalah menghindari kebijakan-kebijakan yang berpotensi semakin menurunkan daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah," ujar dia.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sederet Fakta Ini Bikin Airlangga Pede Ekonomi RI 2024 Tetap Tembus 5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular