AS & Israel Bentuk NATO di Timur Tengah
Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) dan Israel bisa membentuk NATO di Timur Tengah. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengusulkan itu saat berbicara di depan Kongres AS.
Sebelumnya Netanyahu berada di AS sejak Rabu. Ia terbang ke Washington sesaat setelah pengumuman pengunduran diri sekutu dekatnya Presiden Joe Biden dalam bursa calon presiden (capres) di pemilu presiden (pilpres) November.
Biden mendukung wakil presidennya, Kamala Harris, untuk maju sebagai capres Partai Demokrat menghadapi mantan presiden Donald Trump yang disokong Partai Republik. Selain berpidato di depan parlemen, Netanyahu juga diketahui menemui Biden dan Harris secara langsung termasuk Trump.
"Amerika membentuk aliansi keamanan di Eropa untuk melawan ancaman Soviet yang semakin meningkat," kata Netanyahu, dikutip Russia Today (RT), Jumat (26/7/2024).
"Demikian pula, Amerika dan Israel saat ini dapat membentuk aliansi keamanan di Timur Tengah untuk melawan ancaman Iran yang semakin meningkat," ujarnya lagi merujuk Teheran sebagai "biang kerok" kekacauan kawasan.
Ia sesumbar aliansi itu bisa disebut "Aliansi Abraham". Ia menggambarkan bagaimana bersatunya Israel, AS dan Inggris tanggal 14 April lalu, kala membendung serangan Iran ke Tel Aviv sebagai salah satu contohnya.
Serangan Iran terhadap Israel kala itu sebenarnya merupakan serangan balasan atas penyerangan konsulat jenderal Iran di Damaskus, Suriah, 1 April yang menewaskan sejumlah warga Teheran. Sekitar 300 rudal ditembakkan Iran namun berhasil dibentuk Israel dengan bantuan Washington dan London.
"Saya pikir kita harus menyebutnya Aliansi Abraham," tegasnya tentang blok itu.
"Ketika kita melawan Iran, kita sedang melawan musuh AS yang paling radikal dan kejam," kata Netanyahu lagi.
"Musuh kami adalah musuh Anda, pertarungan kami adalah pertarungan Anda, kemenangan kami akan menjadi kemenangan Anda," tambahnya.
"Saya tahu bahwa Amerika mendukung kami."
AS dibawah kepemimpin Biden memang telah memberikan bantuan militer kepada Israel selama perang sembilan bulan dengan Hamas di Gaza. Namun akibat tekanan warga Palestina dan Arab Amerika di partai Biden, pemerintah telah mengusulkan rencana gencatan senjata tiga tahap untuk daerah kantong itu meski Israel tak mau menerimanya.
Dalam sejumlah pidato, Netanyahu kerap mengutarakan tak akan mengehentikan perang sampai Hamas berhasil dihancurkan dan mengakhiri kekuasaannya di Gaza. Menurutnya iitu adalah "arti kemenangan total Israel.
"Dan kami tidak akan puas dengan apa pun yang kurang dari itu," ujarnya menjelaskan perang yang berkecambuk.
Kamala Teriak Perang Gaza Selesai
Sementara itu dalam pertemuan dengan Kamala Harris, Netanyahu mendapat pesan menohok soal perang Gaza. Harris Netanyahu mengatakan bahwa sudah waktunya untuk mengakhiri perang yang "menghancurkan" itu.
"Apa yang terjadi di Gaza selama sembilan bulan terakhir sungguh menghancurkan," tegasnya dikutip AFP, Jumat.
"Gambar-gambar anak-anak yang tewas dan orang-orang yang putus asa dan kelaparan melarikan diri demi keselamatan, terkadang mengungsi untuk kedua, ketiga, atau keempat kalinya," ujarnya ke wartawan.
"Kita tidak bisa berpaling dari tragedi ini. Kita tidak bisa membiarkan diri kita mati rasa terhadap penderitaan dan saya tidak akan tinggal diam."
Komentar Harris yang blak-blakan sangat kontras dengan sapaan ramah antara Biden dan Netanyahu sebelumnya. Meskipun hal itu menutupi ketegangan selama berbulan-bulan antara kedua pria itu serta pertanyaan tentang relevansi presiden AS.
Harris lebih blak-blakan tentang Gaza di masa lalu daripada Biden. Ada spekulasi bahwa ia dapat mengambil pendekatan yang lebih keras terhadap Israel.
"Jadi, bagi semua orang yang telah menyerukan gencatan senjata. Dan bagi semua orang yang mendambakan perdamaian. Saya melihat Anda dan saya mendengar Anda," tambah Kamala Harris dikutip dari CNBC International.
"Mari kita bawa pulang para sandera. Dan mari kita berikan bantuan yang sangat dibutuhkan bagi rakyat Palestina," tegasnya.
"Mari kita semua melakukan apa yang kita bisa untuk mencegah penderitaan warga sipil yang tidak bersalah. Dan marilah kita mengutuk anti-Semitisme, Islamofobia, dan kebencian dalam bentuk apa pun. Dan marilah kita bekerja untuk mempersatukan negara kita," tutupnya.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 39.175 warga tewas karena serangan Israel. Sebanyak 90.000 orang dilaporkan terluka.
(sef/sef)