
Sederet Ramalan BI Soal Nasib RI Sampai Akhir Tahun, Ada Kabar Rupiah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan terus menguat dalam waktu dekat. Didasarinya dari ramalan timbulnya faktor-faktor yang memperkuat mata uang rupiah.
Kurs rupiah sebetulnya telah menguat pada penutupan perdagangan kemarin, Rabu (17/7/2024). Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,49% di angka Rp16.095/US$ saat itu, menjadikannya level terkuat sejak 28 Mei 2024.
"Ke depan, nilai tukar Rupiah diprakirakan bergerak stabil dalam kecenderungan menguat," ucap Perry saat konferensi pers di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu (17/7/2024).
Ramalan terbaru BI terhadap faktor-faktor yang memperkuat rupiah pertama ialah semakin cepatnya potensi pemangkasan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed), dari semula perkiraannya turun mulai Desember menjadi November 2024.
Suku bunga acuan The Fed, yakni Fed Fund Rate saat ini di level 5,25-5,50%. Dengan kemungkinan turun pada November maka akan membuat tingkat bunga di AS turun dan membuat aliran modal asing kembali menuju ke pasar ekonomi berkembang, sehingga bisa memperkuat pasokan dolar di dalam negeri.
"Kalau seperti itu, membuka peluang rupiah akan lebih menguat, kan. Akan lebih stabil setidaknya, dengan probabilitas Fed Fund Rate yang lebih maju," ucap Perry.
Ia mengakui, sebetulnya beberapa pelaku pasar keuangan memang ada yang meramal Fed Fund Rate akan mulai turun pada September. Tapi ia belum berani memasang proyeksi tersebut, karena mempertimbangkan data-data ekonomi terkini.
"Kami belum berani bilang maju September meskipun pasar ada yang perkirakan masih September. Tapi kami perkirakan yang terkini nih ini ada probabilitas Fed Fund Rate turun di November. Pasar itu biasanya bereaksi sebelumnya," tutur Perry.
Ramalan kedua ialah terkait inflasi. Sampai akhir 2024 ia perkirakan inflasi di Indonesia akan mencapai 2,9%. Lebih tinggi ketimbang realisasi inflasi pada 2023 yang hanya sebesar 2,61% secara tahunan atau year on year.
Meski lebih tinggi dari tahun lalu, potensi pergerakan inflasi pada 2024 itu masih di kisaran target Bank Indonesia sebesar 1,5% sampai dengan 3,5% atau 2,5% plus minus 1%.
"Inflasi kami perkirakan akhir tahun, masih rendah 2,9%," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat konferensi pers di Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (17/7/2024).
Dengan catatan inflasi itu, BI pun memastikan masih akan membuka peluang penurunan suku bunga acuan pada tahun ini untuk terus mendorong pertumbuhan ekonom Indonesia.
"Itu kenapa, saya sampaikan ada ruang untuk turunkan suku bunga. Nah ruang itu yang kami sampaikan karena inflasi rendah 2,9% tahun depan masih sesuai sasaran," tegas Perry.
Ramalan berikutnya ialah terkait dengan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun. Ia mengatakan, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan pada 2024 masih akan berada dalam kisaran 4,7-5,5%.
Didukung oleh konsumsi rumah tangga dan investasi yang masih akan kuat pada kuartal II-2024, sebagaimana kondisi pada kuartal I-2024 yang menyebabkan ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,1% yoy.
Ekspor barang pun ia ramal akan meningkat didorong kenaikan ekspor produk manufaktur dan pertambangan, terutama logam dan bijih logam, serta besi baja, ke negara mitra dagang utama, seperti India dan China.
Berdasarkan lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh Industri Pengolahan, Konstruksi, serta Perdagangan Besar dan Eceran. Sementara itu, secara spasial, pertumbuhan ekonomi yang kuat diprakirakan terjadi di mayoritas wilayah, dengan pertumbuhan tertinggi di Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), Bali-Nusa Tenggara (Balinusra), dan Kalimantan.
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan kuartal IV 2024 pun ia yakini masih akan tetap baik, dengan rencana peningkatan stimulus fiskal melalui pelebaran defisit APBN 2024 dari 2,3% menjadi 2,7% dari PDB serta kinerja ekspor yang meningkat dengan kenaikan permintaan dari mitra dagang utama.
"Dengan berbagai perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2024 diprakirakan berada dalam kisaran 4,7-5,5%," ucap Perry.
(arj/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bisa Ganggu Ekonomi, Rupiah Dipantau Ketat Kemenkeu, BI, OJK, LPS
