FOTO Internasional

Negara Muslim Kacau Balau karena PNS, Demo Berdarah-Warga Pingsan

Reuters, AP, AFP, CNBC Indonesia
Rabu, 17/07/2024 12:10 WIB

Demo besar karena kuota "PNS" mengguncang negara populasi Muslim besar di Asia Selatan, Bangladesh, Selasa. Dalam pembaruan Rabu, enam tewas.

1/5 Aktivis mahasiswa mendorong barikade polisi selama unjuk rasa sebelum mereka menyerahkan memorandum mereka kepada Presiden mengenai reformasi kuota untuk pekerjaan pegawai negeri, di Dhaka pada 14 Juli 2024. (Photo by MUNIR UZ ZAMAN / AFP)

Bangladesh kisruh. Mahasiswa di negara dengan mayoritas 90% muslim itu berdemo besar-besaran karena kebijakan pegawai pemerintah alias PNS di negeri itu. Mengutip AFP, Rabu (17/7/2024), setidaknya enam orang tewas pada hari Selasa ketika para demonstran melakukan mobilisasi di kota-kota di seluruh negeri. Mereka menentang seruan sebelumnya dari Perdana Menteri Sheikh Hasina dan mahkamah agung untuk kembali ke Universitas. (Photo by MUNIR UZ ZAMAN / AFP)

2/5 Aktivis mahasiswa mendorong barikade polisi selama unjuk rasa sebelum mereka menyerahkan memorandum mereka kepada Presiden mengenai reformasi kuota untuk pekerjaan pegawai negeri, di Dhaka pada 14 Juli 2024. (Photo by MUNIR UZ ZAMAN / AFP)

Secara rinci dilaporkan tiga orang tewas di Chittagong dengan tanda-tanda luka tembak sementara 35 orang lainnya terluka dalam bentrokan di kota pelabuhan tersebut. Dua orang lainnya tewas di Dhaka, ketika kelompok mahasiswa yang saling bersaing, melempar batu dan memblokir jalan di beberapa lokasi penting sehingga lalu lintas terhenti di kota besar berpenduduk 20 juta jiwa tersebut. Di kota utara Rangpur, komisaris polisi Mohammad Moniruzzaman juga mengatakan kepada AFP bahwa seorang pelajar juga tewas dalam bentrokan di sana. Dalam laporan Reuters kemarin setidaknya 400 orang luka. (Photo by Rehman Asad / AFP)

3/5 Aktivis mahasiswa mendorong barikade polisi selama unjuk rasa sebelum mereka menyerahkan memorandum mereka kepada Presiden mengenai reformasi kuota untuk pekerjaan pegawai negeri, di Dhaka pada 14 Juli 2024. (Photo by MUNIR UZ ZAMAN / AFP)

Sebenarnya aksi unjuk rasa yang hampir dilakukan setiap hari pada bulan ini menuntut diakhirinya sistem kuota yang mencadangkan lebih dari separuh jabatan pegawai negeri untuk kelompok tertentu, termasuk anak-anak veteran perang pembebasan negara itu melawan Pakistan pada tahun 1971. Kritikus mengatakan skema ini menguntungkan anak-anak dari kelompok pro-pemerintah yang mendukung Perdana Menteri Sheikh Hasina, 76, yang memenangkan pemilu keempat berturut-turut pada bulan Januari setelah pemungutan suara tanpa adanya perlawanan yang tulus.(REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)

4/5 Aktivis mahasiswa mendorong barikade polisi selama unjuk rasa sebelum mereka menyerahkan memorandum mereka kepada Presiden mengenai reformasi kuota untuk pekerjaan pegawai negeri, di Dhaka pada 14 Juli 2024. (Photo by MUNIR UZ ZAMAN / AFP)

Pemerintah Bangladesh sendiri hari ini, memerintahkan sekolah-sekolah dan universitas-universitas di seluruh negara itu untuk tutup tanpa batas waktu. Setiap sekolah menengah atas, universitas, dan seminari Islam di seluruh negeri diminta untuk tetap tutup sampai pemberitahuan lebih lanjut. Juru bicara Kementerian Pendidikan M. A. Khair mengatakan kepada AFP bahwa perintah penutupan dikeluarkan demi “keamanan para siswa”.(AP Photo/Mahmud Hossain Opu)

5/5 Aktivis mahasiswa mendorong barikade polisi selama unjuk rasa sebelum mereka menyerahkan memorandum mereka kepada Presiden mengenai reformasi kuota untuk pekerjaan pegawai negeri, di Dhaka pada 14 Juli 2024. (Photo by MUNIR UZ ZAMAN / AFP)

Tauhidul Haque Siam, seorang reporter mahasiswa dari Universitas Rokeya di kota tersebut, mengatakan kepada AFP bahwa pendukung partai yang berkuasa telah menyerang pengunjuk rasa anti-kuota, sementara polisi menembakkan pelet karet dari senapan. “Polisi melepaskan tembakan dari senapan mereka ke arah para pengunjuk rasa,” kata Siam, seraya menambahkan bahwa dia terluka. Di sisi lain Amnesty International kemudian mendesak Bangladesh untuk "segera menjamin keselamatan semua pengunjuk rasa damai". Sementara PBB dan AS mengutuk kekerasan ke pendemo. (REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)