
Nasib Miris Kelas Menengah RI: Harga Barang Melonjak-Gaji Stagnan

Jakarta, CNBC Indonesia-Kelas menengah di Indonesia tengah mengalami tekanan daya beli. Mereka berhadapan dengan gaji yang stagnan, namun harga-harga melambung tinggi. Akibatnya, mereka memilih menahan untuk jajan.
"Penurunan daya beli memang sangat nyata di 2024, salah satunya terlihat dari penerimaan pajak yang menurun cukup besar," kata Ekonom INDEF Abdul Manap dikutip Jumat, (12/7/2024).
Abdul Manap mengatakan penurunan daya beli ini disebabkan oleh banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja di sejumlah sektor industri. Kondisi tersebut diperparah dengan naiknya harga-harga makanan pokok, sementara gaji para pegawai di Indonesia relatif stagnan.
"Memang inflasi bahan makanan kita sangat tinggi... orang lebih mengutamakan yang namanya kebutuhan pangan, dibandingkan kebutuhan lainnya," kata dia.
Inflasi bahan makanan bergejolak di Indonesia sudah terjadi sejak Januari 2024 dan mencapai level tertingginya pada Maret sebesar 10,33%. Berdasarkan data Mei ini saja, level inflasi bahan makanan bergejolak masih sebesar 8,14% atau jauh di atas rata-rata kenaikan gaji pegawai swasta di Indonesia, yaitu 4,9% pada 2020-2024.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) juga mencatat 40 juta pekerja di Indonesia masih memiliki gaji di bawah Rp 5 juta. Angka tersebut jauh di bawah target pendapatan per kapita 2024, yaitu sebanyak RP 7,45 juta per bulan.
Kondisi pendapatan yang stagnan mungkin bisa dibilang lebih baik, ketimbang melihat kondisi PHK di Indonesia. Sebab, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat pada periode Januari-Mei 2024, jumlah pekerja terkena PHK mencapai 27.222 orang, meningkat 48,48% dari periode Januari-Mei 2023 sebanyak 18.333 orang
Dengan berbagai kondisi itu, maka tak heran apabila aktivitas ekonomi domestik mengalami perlambatan selama semester I 2024. Perlambatan ekonomi itu berdampak pada realisasi penerimaan negara pada paruh pertama 2024 yang merosot cukup tajam.
Selama semester I, pemerintah mencatat realisasi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri (DN) terkontraksi sebesar 11% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sejalan dengan kondisi tersebut, pajak sektor industri perdagangan yang memiliki porsi 24,79% dari total penerimaan pajak, hanya mencatatkan pendapatan sebesar Rp 211,09 triliun atau turun 0,8% dari tahun lalu.
Di saat yang bersamaan, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun selama tiga bulan beruntun, meski masih pada level optimistis atau di atas 100. IKK yang dirilis Bank Indonesia terakhir pada Juni 2024 berada pada level 123,3 atau jauh lebih rendah dari posisi Mei 2024 yang sebesar 125,2, bahkan anjlok dibanding posisi per April 2024 sebesar 127,7.
Lemahnya keyakinan konsumen mengenai kondisi perekonomian saat ini sudah berdampak pada sektor perdagangan, salah satunya kendaraan.Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara menuturkan para pengusaha mobil bahkan akan merevisi target penjualan mobil 2024 sebanyak 1,1 juta unit. Hal itu disebabkan karena sejumlah faktor penekan pasar, salah satunya gaji masyarakat yang tak mampu menjangkau harga mobil.
"Salah satu faktor pemicu stagnasi pasar mobil adalah harga mobil baru tidak terjangkau oleh pendapatan per kapita masyarakat. Gap antara pendapatan rumah tangga dan harga mobil baru makin lebar," katanya dalam diskusi Forum Wartawan Industri.
Dia meyakini penjualan mobil sangat bergantung pada pendapatan masyarakat. Menurut dia, pendapatan per kapita di Indonesia harus naik minimal 5% per tahun untuk mendorong kelompok kelas menengah hingga mampu membeli mobil.
(rsa/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terungkap! Ini Alasan Konsumsi Kelas Menengah RI Loyo