
Sederet Kabar Buruk dari Sri Mulyani: Inflasi Hingga Stagnasi Ekonomi

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan kondisi global pada semester II-2024 masih dipenuhi oleh ketidakpastian. Hal ini membuat perekonomian global masih relatif dalam posisi stagnan lemah.
Bahkan, menurutnya, kondisi perekonomian global ini merupakan pertumbuhan terlemah dalam 10 tahun terakhir, kecuali pada 2020 saat terjadinya pandemi Covid-19. Kemudian, Inflasi global yang tinggi juga seakan 'keras kepala' karena belum kunjung turun.
"Inflasi masih keras kepala di sana belum turun. Ini sebabkan kalau dulu komoditas sekarang faktornya satu biaya sewa dan kedua upah tenaga kerja yang terjadi di negara maju sehingga faktor inflasi belum turun meskipun komoditas sudah bergerak turun," tutur Sri Mulyani dalam rapat dengan Banggar DPR RI, dikutip Rabu (10/7/2024).
Tak hanya itu, Sri Mulyani mengatakan masih stagnannya pertumbuhan ekonomi global itu juga dipicu oleh tren suku bunga kebijakan bank sentral negara maju yang masih sangat tinggi, khususnya Bank Sentra AS, yakni The Federal Reserve atau The Fed yang masih sulit menurunkan tingkat inflasinya.
Tingginya tren suku bunga acuan The Fed itu kata Sri Mulyani telah menyebabkan nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar AS, hingga pergerakannya terus di atas asumsi makro untuk kurs rupiah yang hanya Rp 15.000. Saat ini rupiah terus bergerak di atas Rp 16.000/US$.
Permasalahan ekonomi global itu tentu akan mempengaruhi kondisi domestik. Mulai dari merosotnya neraca perdagangan hingga penerimaan negara terutama dari sisi penerimaan perpajakan.
"Oleh karena itu kita harus selalu waspada dalam mengelola APBN kita dan perekonomian kita karena dengan adanya hubungan antar negara dan sentimen yang muncul di pasar uang dan pasar surat berharga menimbulkan juga dampak ke perekonomian kita," tegasnya.
Selain itu, dia menilai ketegangan geopolitik masih meningkat. Kondisi ini dibarengi oleh musim Pemilu yang terjadi di berbagai negara dan menimbulkan banyak kemungkinan ketidakpastian dan perubahan kebijakan negara-negara maju.
"Kita masih mengikuti pemilu yang akan terjadi di Amerika, di Prancis sudah menghasilkan hasil yang sangat berbeda dan di Inggris telah terjadi perubahan dari pemerintahan," ungkapnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Buruk Dari Sri Mulyani, Ekonomi Dunia Akan Stagnan Tahun Ini
