Perusahaan Smelter Ini Akui Impor Bijih Nikel 51.000 Ton dari Filipina

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
08 July 2024 20:30
A worker poses with a handful of nickel ore at the nickel mining factory of PT Vale Tbk, near Sorowako, Indonesia's Sulawesi island, January 8, 2014. REUTERS/Yusuf Ahmad
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Kalimantan Ferro Industry (KFI) mengaku harus mengimpor bijih nikel dari negara lain, khususnya dari Filipina.

Hal tersebut dilakukan guna memastikan keberlangsungan operasi proyek smelter milik perusahaan yang berada di Desa Pendingin, Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Direktur Utama PT Nityasa Prima sebagai konsorsium PT KFI, Muhammad Ardhi Soemargo, beralasan impor bijih nikel dilakukan lantaran kurangnya pasokan bahan baku di dalam negeri karena tersendatnya persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) perusahaan tambang. Dengan demikian, penambang tidak bisa menjual nikelnya.

"Ketika Bapak mengatakan kenapa kami harus ambil dari Filipina karena beberapa tambang belum dapat RKAB, ketika tambang belum ada RKAB, maka kami gak bisa beli," kata dia dalam RDPU bersama Komisi VII DPR RI, Senin (8/7/2024).

Di sisi lain, pihaknya juga perlu memastikan keberlangsungan dari operasi smelter. Mengingat, terdapat 1.400 tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya kepada smelter tersebut.

"Tadi ketika saya sampaikan kepada bapak pimpinan mengenai adanya nikel datang dari Filipina disampaikan bahwa nikel Filipina itu kami baru masuk hanya 1 vessel pak sekitar 51 ribu dan posisi kami hanya untuk membantu menambahkan hal-hal atau nickel ore yang saat ini kekurangan pak," tambahnya.

Sebelumnya, CEO PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Alexander Barus juga sempat buka suara perihal adanya perusahaan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) yang melakukan impor bijih nikel dari Filipina.

Alex mengakui Indonesia saat ini memang merupakan pemilik sumber daya dan cadangan nikel terbesar dunia. Tercatat, lanjutnya, total sumber daya bijih nikel mencapai 17 miliar ton dengan total cadangan bijih nikel mencapai 5 miliar ton.

Namun, stok bijih nikel dengan kadar 1,7% untuk keperluan smelter menurutnya sudah tidak banyak lagi. Sementara, sejumlah smelter nikel yang ada di dalam negeri juga harus dipastikan keberlangsungan operasinya.

"Yang kita impor ini adalah nikel dengan kadar fero tinggi untuk memenuhi spek feronikel kita, tetapi itu pun masih kecil, kita baru dua kapal kita impor ini," kata dia dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Rabu (6/9/2023).

Menurut Alex, kebijakan perusahaan melakukan impor bijih nikel dari luar negeri karena pertimbangan spesifikasi khusus. Mengingat, suplai bijih nikel kadar tinggi di dalam negeri terus berkurang.

"Kita harus melihat juga bahwa itu suplai kadar tinggi sudah cukup berkurang, apalagi dengan beroperasinya smelter sekarang, sekarang smelter kita ini terutama untuk produk NPI itu, itu sudah membutuhkan lebih 200 juta metrik ton nikel high grade per tahun," tambahnya.


(wia/wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terkuak! Perusahaan Ini Impor Bijih Nikel 51.000 Ton dari Tetangga RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular