Internasional

Pemilu Prancis Panas, Macron Terancam Lengser-Diganti Sosok 28 Tahun?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Senin, 01/07/2024 14:03 WIB
Foto: Emmanuel Macron. (AP Photo/Franc Zhurda)

Jakarta, CNBC Indonesia - Prancis telah mengadakan pemilu sela ronde pertama pada Minggu waktu setempat. Pemilihan ini diadakan setelah Presiden Emmanuel Macron memutuskan untuk membubarkan parlemen beberapa waktu lalu.

Mengutip CNBC International, data jajak pendapat awal (exit poll) dari lembaga penyiaran nasional France 2 menunjukkan bahwa aliansi anti imigran Reli Nasional (RN) memenangkan 34% suara. Aliansi ini merupakan partai pimpinan, Marine Le Pen.


Sementara aliansi sayap kiri Front Populer Baru (NFP) memperoleh 28,1%. Aliansi Macron sendiri, Ensemble, memperoleh 20,3% suara.

Sebenarnya dalam sistem politik Prancis, seorang calon anggota parlemen membutuhkan lebih dari 50% suara pada pemilihan putaran pertama agar dapat terpilih. Jika gagal, dua kandidat teratas, bersama dengan siapa pun yang mendapat dukungan lebih dari 12,5% pemilih terdaftar, akan maju ke putaran kedua.

Pemungutan suara putaran kedua dijadwalkan akan dilakukan 7 Juli mendatang. Analis melihat pemilihan putaran dua menjadi sesuatu yang perlu dinantikan karena hasilnya dapat langsung teraplikasi.

"Kemenangan pada putaran pertama cenderung tidak banyak berpengaruh pada hasil keseluruhan," kata Wakil Direktur Penelitian di lembaga riset Teneo, Antonio Barroso, dikutip Reuters, Senin (1/7/2024).

"Oleh karena itu, selain persentase suara keseluruhan masing-masing partai, permasalahan utama yang harus diperhatikan pada Minggu malam adalah berapa banyak calon dari masing-masing partai yang lolos ke putaran kedua," tambahnya.

"Jika, seperti yang diharapkan, Ensemble tampil buruk di putaran pertama, akan ada banyak persaingan antara NFP dan RN."

Macron sendiri membuat langkah mengejutkan dengan pemungutan suara cepat pada awal Juni setelah partai Renaisans-nya dikalahkan dalam pemilihan Parlemen Eropa oleh RN. Para analis politik mengatakan langkah Macron merupakan sebuah pertaruhan ekstrem lantaran menguji bloknya dengan koalisi sayap kanan itu.

Dengan hasil exit poll ini, RN diperkirakan akan secara signifikan meningkatkan jumlah kursi yang dimilikinya di parlemen Prancis. Bila menjadi blok yang paling kuat, RN dapat mengajukan Perdana Menteri (PM) sendiri.

Bila skenario itu terjadi, Macron, yang akan tetap menjabat hingga 2027, dapat menghadapi tekanan untuk memilih PM dari RN. Kemungkinan besar kandidat dari RN adalah Jordan Bardella, yang berusia 28 tahun.

PM baru tersebut akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan domestik dan ekonomi Prancis. Macron, di sisi lain, tetap bertanggung jawab atas kebijakan luar negeri dan pertahanan.

"Saya akan menjadi PM yang 'hidup berdampingan', menghormati konstitusi dan jabatan Presiden Republik, namun tidak kenal kompromi terhadap kebijakan yang akan kami terapkan," kata Bardella dikutip Reuters.

Demonstrasi

Sementara itu, lusinan pengunjuk rasa berkumpul di ibu kota Prancis Minggu (30 malam menyusul hasil awal putaran pertama pemilihan parlemen. Para pengunjuk rasa menyalakan suar di Paris saat mereka berjalan melalui jalan-jalan kota, melewati tabung gas air mata yang berasap dan tong sampah yang menyala.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kutuk Israel! PM Malaysia & Macron Dorong Gencatan Senjata Gaza