Ramai PHK, Anak Buah Luhut Beberkan Fakta Kondisi Industri Tekstil RI

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Senin, 01/07/2024 15:30 WIB
Foto: REUTERS/Kham

Jakarta, CNBC Indonesia - Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Septian Hario Seto mengatakan, pabrikan global saat ini masih melihat Indonesia sebagai satu destinasi investasi yang menarik untuk membangun fasilitas produksinya. Menurutnya, hal itu sejalan dengan pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia yang sebetulnya sangat baik di mata global.

Seto memaparkan, pada tahun 2018 industri TPT nasional tumbuh sekitar 9% terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional. Kemudian tahun 2019 pertumbuhan itu naik ke level 12%.

"Memang sempat turun waktu zaman (pandemi) Covid, tapi di tahun 2022 mulai tumbuh kembali menjadi 9% dan penyerapan tenaga kerjanya pun juga sudah meningkat. Kalau saya lihat, penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan PDB, dan ekspor industri TPT sendiri masih tumbuh cukup baik. Di tahun 2022 kemarin ekspor produk TPT itu tertinggi sepanjang sejarah di Indonesia, mencapai sekitar US$ 21,7 miliar," kata Seto dalam Manufacture Check CNBC Indonesia, dikutip Senin (1/7/2024).


Dia pun mengungkapkan, rencana sekitar 12 perusahaan TPT asal China, Singapura, dan Indonesia yang akan berinvestasi di tanah air. Seto menilai, dengan masuknya investasi 12 perusahaan baru ke industri TPT tanah air akan memberikan pertumbuhan yang semakin tinggi lagi ke depannya.

"Jadi ini industri yang sangat besar, kontribusinya tinggi, dan kalau kita lihat tadi dengan adanya investasi-investasi yang masuk kira-kira pertumbuhannya ke depan juga akan semakin tinggi," lanjut dia.

Karenanya, kata Seto, perlu dilihat lagi secara seksama kenapa banyak industri TPT nasional yang tutup belakangan ini. Sebab, di satu sisi data ekspor TPT Indonesia masih terbilang cukup baik, dan penyerapan tenaga kerja hingga investasinya juga masih ada.

"Kemudian kenapa perusahaan-perusahaan ini melakukan PHK (pemutusan hubungan kerja) dan tutup? Itu apakah karena mungkin mereka tidak melakukan reinvestasi atas mesin-mesinnya, jadi mesin-mesinnya sudah tua dan tidak bisa kompetitif lagi? Ini kan kita harus cari kenapa penyebabnya," ujarnya.

Meski demikian, ia tak menampik, memang saat ini tengah terjadi masalah terkait dengan serbuan impor TPT murah dari China, sehingga membuat industri TPT tanah air menjadi terpuruk dan tidak mampu bersaing. Hingga kemudian menyebabkan PHK dan penutupan pabrik.

"Kita juga tak tidak bisa menutup mata, dan terkait dengan impor itu juga harus dibereskan. Karena intinya kan kita juga mau adil ya. Jadi kalau misalnya ada barang-barang impor yang masuk dengan tidak benar ya kita harus perbaiki," pungkas Seto.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kemenaker Bersiap Hadapi PHK Akibat Perang Iran Vs Israel